“Korban diduga oleh pelaku mengambil sejumlah uang, kemudian pelaku melakukan kekerasan terhadap anak,” kata Baktiar. Berita mengenai penangkapan tiga pria yang diduga melakukan penganiayaan terhadap bocah 10 tahun di Tangerang menunjukkan sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan dalam masyarakat kita. Kasus ini tidak hanya menjadi sorotan karena tindakan kekerasan yang dialami oleh anak-anak, tetapi juga mencerminkan bagaimana stigma dan prasangka dapat berujung pada tindakan yang sangat brutal dan tidak berperikemanusiaan. Dalam hal ini, dugaan pencurian yang tidak terbukti menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan kekerasan yang sangat ekstrem terhadap seorang anak, yang seharusnya dilindungi. Penganiayaan terhadap anak-anak adalah isu yang harus segera diatasi. Anak-anak adalah kelompok rentan yang membutuhkan perlindungan dan perhatian lebih dari masyarakat dan pihak berwajib. Dalam kasus ini, tindakan para pelaku bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga melanggar norma-norma kemanusiaan. Penganiayaan fisik yang dialami bocah tersebut, termasuk tindakan penyetruman, adalah bentuk siksaan yang tidak dapat diterima dalam konteks barang atau harta benda. Ini menunjukkan bahwa masih banyak orang dewasa yang tidak memahami batasan antara hak dan kebebasan individu serta tanggung jawab mereka terhadap anak-anak. Selain itu, berita ini juga menunjukkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya pendidikan tentang empati dan pengertian terhadap anak-anak. Seringkali, pola pikir yang menganggap bahwa anak-anak harus bertanggung jawab atas kesalahan yang belum terbukti membuat mereka menjadi korban praktik-praktik kekerasan yang tidak seharusnya terjadi. Masyarakat perlu disadarkan bahwa anak-anak tidak selalu memiliki kapasitas untuk memahami atau sengaja melakukan tindakan yang merugikan, dan oleh karena itu, pendampingan serta pendidikan yang baik adalah kuncinya. Peran pemerintah dan lembaga terkait juga sangat penting dalam menangani kasus-kasus seperti ini. Penegakan hukum yang tegas baik terhadap pelaku kekerasan maupun perlindungan terhadap korban harus menjadi prioritas. Selain itu, diperlukan juga program pencegahan yang melibatkan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. Sosialisasi tentang hak anak dan mekanisme pelaporan kekerasan harus diperluas agar para orang tua, guru, dan masyarakat umum lebih peka terhadap tanda-tanda penganiayaan dan dapat bertindak cepat. Akhirnya, kita semua mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa tindakan serupa tidak terulang di masa depan. Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran kolektif dan tindakan bersama dalam membangun lingkungan yang aman dan mendukung bagi generasi mendatang. Dengan memahami dan mengadvokasi hak anak serta memberikan pendidikan yang memadai, kita bisa mulai membuat perubahan yang signifikan. Penangkapan para pelaku adalah langkah awal yang baik, tetapi perlindungan terhadap anak-anak harus menjadi agenda yang terus menerus diperjuangkan di semua lapisan masyarakat.