Isa Zega ke Tanah Suci selain mendapat sokongan dana dari Shella Shaukia, juga menggunakan agen perjalanan milik Shella, SS Travel Umroh. Berita mengenai sosok selebgram Shella Saukia yang diduga mendanai umroh untuk transgender Isa Zega, dan kemudian dipecat oleh Nikita Mirzani, menciptakan berbagai reaksi di kalangan publik. Kasus ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi ajang kontroversi dan menyoroti dinamika interpersonal di kalangan selebritas. Selebgram yang awalnya mungkin hanya dikenal oleh sebagian kalangan kini tiba-tiba berada dalam sorotan dengan isu yang sensitif. Pertama-tama, publik sering kali terjebak dalam pandangan sepihak ketika ada berita kontroversial seperti ini. Isu transgender masih menjadi perdebatan yang kompleks di masyarakat, yang seringkali berujung pada stigma dan diskriminasi. Dengan adanya dugaan dukungan dari Shella Saukia terhadap Isa Zega, ada kemungkinan bahwa banyak pihak melihatnya sebagai sebuah tindakan kemanusiaan. Sebagai selebritas, dukungan semacam itu dapat menciptakan perubahan positif di masyarakat jika dilihat dari perspektif empati dan keberagaman. Namun, sayangnya, tidak semua orang dapat menerima pandangan tersebut. Kedua, keputusan Nikita Mirzani untuk memecat Shella, jika terbukti benar, menjadi sorotan yang menunjukkan bagaimana dunia entertainment, terutama di media sosial, dapat menjadi arena bully dan keberpihakan yang tajam. Meskipun ini adalah hak prerogatif seorang pengusaha atau pimpinan, hal ini juga mencerminkan bagaimana industri ini kadang-kadang tidak memberi ruang bagi individu untuk memilih dan mendukung keyakinan pribadi mereka. Pilihan ini dapat merugikan karier seseorang dan memengaruhi reputasi mereka secara keseluruhan. Penting juga untuk mengkritisi bagaimana berita ini disajikan. Dalam banyak kasus, media dapat memperburuk situasi dengan sensationalisme, menggiring opini publik tanpa memberikan konteks yang tepat. Ada baiknya jika masyarakat lebih kritis dalam menyaring informasi dan lebih memahami beragam perspektif. Menggali lebih dalam tentang individu yang terlibat dalam berita ini dapat membuka wawasan tentang kehidupan mereka dan alasan di balik tindakan mereka. Terakhir, kasus ini menggarisbawahi perlunya diskusi yang lebih terbuka dan inklusif mengenai isu-isu sosial. Selebritas memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan, dan dukungan terhadap kelompok minoritas seperti transgender harus dipandang dalam kerangka yang lebih luas—sebagai langkah menuju kesetaraan dan pengakuan hak asasi manusia. Penyebaran informasi yang lebih adil dapat mempromosikan pemahaman dan toleransi di masyarakat. Dengan demikian, berita tentang Shella Saukia dan Isa Zega ini tidak hanya sekadar kontroversi selebritas semata, namun lebih kepada refleksi kondisi sosial yang lebih luas. Ini juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih menghargai perbedaan, berempati, serta mendukung satu sama lain dalam perjuangan menuju keadilan sosial.