Loading...
Pilihan politik Joko Widodo yang kini mendukung Ridwan Kamil – Suswono rupanya memantik Pengamat Politik, Rocky Gerung untuk angkat bicara.
Berita dengan judul "Jokowi Disebut Pamer Kekuasaan, Jauh Beda dari SBY yang Selalu Tenang" mencerminkan karakteristik kepemimpinan dua presiden Indonesia yang berbeda, yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Perbandingan ini menarik dikaji, mengingat keduanya memimpin pada era yang berbeda dan menghadapi tantangan yang unik. Figur kepemimpinan mereka tidak hanya dipengaruhi oleh latar belakang politik, tetapi juga oleh situasi sosial, ekonomi, dan budaya yang berkembang selama masa jabatan mereka.
Jokowi dikenal dengan gaya kepemimpinan yang lebih terbuka dan dekat dengan masyarakat. Ia melakukan berbagai terobosan dalam bidang infrastruktur dan menghadirkan program-program yang langsung menyentuh kebutuhan rakyat. Namun, ada kalanya pendekatan ini dianggap oleh sebagian kalangan sebagai "pamer kekuasaan". Kritikan ini seringkali muncul ketika tindakan pemerintahan terlihat lebih fokus pada pencitraan atau penguatan posisi politik, daripada substansi yang lebih mendalam terkait permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Di sisi lain, SBY dikenal dengan gaya kepemimpinan yang lebih tenang dan konsisten. Ia lebih memilih pendekatan diplomatis dan strategis, sering kali berupaya menciptakan stabilitas politik dan sosial. Meskipun demikian, periode kepemimpinannya juga diwarnai banyak tantangan, termasuk krisis ekonomi dan dinamika politik yang kompleks. Pembandingan ini bisa disimpulkan bahwa, meski SBY tidak terlihat sering "pamer," ia juga menghadapi banyak kritik terkait kurangnya responsivitas terhadap isu-isu mendesak yang dihadapi masyarakat.
Penting untuk mengingat bahwa pemimpin tidak beroperasi dalam ruang hampa. Kedua presiden harus beradaptasi dengan tuntutan zaman dan konteks sosial yang berbeda. Gaya dan metode kepemimpinan masing-masing adalah respons terhadap situasi yang ada, dan seringkali menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat memiliki hak untuk mengevaluasi dan memberikan kritik, karena hal ini mencerminkan keterlibatan mereka dalam proses demokrasi.
Terdapat juga aspek komunikasi politik yang tak boleh dilupakan. Jokowi, dengan gaya keterbukaannya, berusaha menjangkau masyarakat melalui berbagai saluran. Namun, dalam upayanya, terkadang niatan baik ini bisa dianggap sebagai bentuk "pamer", terutama jika dilihat dari sudut pandang yang kritis. Di sisi lain, pendekatan SBY yang cenderung lebih tenang mungkin dapat dinilai sebagai simbol kedewasaan dan ketenangan, tetapi ada kalanya juga dianggap kurang responsif.
Akhirnya, perbandingan antara Jokowi dan SBY menunjukkan bahwa kepemimpinan selalu dinamis dan bergantung pada berbagai faktor. Pemberian penilaian sebaiknya bersifat konstruktif dengan mempertimbangkan konteks yang lebih luas, serta berfokus pada upaya perbaikan sistem dan layanan publik. Menghadapi tantangan kebangsaan bukan hanya tanggung jawab pemimpin, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat dalam mendorong perubahan positif ke arah yang lebih baik.
Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love
Care
Haha
Wow
Sad
Angry
Comment