Pembahasan UMK Surabaya 2024 hingga saat ini urung dilakukan, imbas molornya penetapan, imbah molornya penetapan UMP. Namun, pekerja menyiapkan usulan Berita mengenai tuntutan buruh untuk meningkatkan Upah Minimum Kota (UMK) Surabaya menjadi Rp 5,1 juta pada tahun 2024 mencerminkan dinamika yang sering terjadi dalam hubungan antara pekerja dan pengusaha di Indonesia. Tuntutan ini muncul dalam konteks keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengharuskan mempertimbangkan berbagai aspek dalam penetapan upah minimum, termasuk kebutuhan hidup layak. Salah satu aspek penting dari tuntutan ini adalah kesiapan buruh untuk memperjuangkan hak mereka atas upah yang lebih layak. Dalam banyak kasus, upah yang diterima pekerja sering kali tidak sejalan dengan biaya hidup yang terus meningkat. Di Surabaya, sebagai salah satu kota terbesar dan termaju di Indonesia, kebutuhan hidup yang semakin tinggi menjadi faktor utama di balik tuntutan ini. Jika ditelaah lebih dalam, periode inflasi dan kenaikan harga barang juga turut mendasari permintaan ini, sehingga diperlukan penyesuaian yang konsisten terhadap UMK. Di sisi lain, tuntutan ini juga menimbulkan tantangan bagi para pengusaha, terutama UMKM yang sering kali berjuang untuk bertahan di tengah tekanan ekonomi. Peningkatan UMK yang signifikan dapat berpotensi mempengaruhi daya saing perusahaan, mengingat mereka harus mempertimbangkan keseimbangan antara menjaga kestabilan operasional dan memenuhi tuntutan para buruh. Oleh karena itu, dialog antara pemerintah, buruh, dan pengusaha menjadi sangat penting dalam mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Pemerintah juga memiliki peran sentral dalam merespons tuntutan ini. Kesejahteraan buruh tentu menjadi prioritas, namun pemerintah harus tetap memikirkan aspek keberlangsungan ekonomi dan dampak dari kebijakan yang diambil. Melalui perumusan kebijakan yang matang dan inklusif, diharapkan dapat dicapai solusi yang adil dan berkelanjutan. Selain itu, keputusan ini juga menjadi momentum bagi semua pihak untuk merumuskan kebijakan ketenagakerjaan yang lebih holistik. Menghadapi dunia kerja yang terus berubah, adaptasi terhadap tren baru seperti digitalisasi dan otomatisasi juga harus dipertimbangkan. Ini artinya, peningkatan upah harus diimbangi dengan peningkatan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja agar mereka dapat bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Secara keseluruhan, tuntutan buruh untuk meningkatkan UMK Surabaya menjadi Rp 5,1 juta adalah refleksi dari aspirasi untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Namun, untuk mewujudkannya, diperlukan kolaborasi dan komunikasi yang baik antara semua pemangku kepentingan. Hanya dengan cara ini, harapan untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik bagi buruh dapat terwujud tanpa mengabaikan keberlangsungan usaha yang ada.