Cabup Jember Gus Fawait janjikan, akan menggelar festival Sound Horeg setiap tahun di Kabupaten Jember Berita mengenai kampanye akbar Pilkada Jember 2024 yang melibatkan Gus Fawait dan janjinya untuk memfasilitasi penggunaan sound horeg menunjukkan dinamika politik lokal yang semakin berkembang. Sound horeg, yang dikenal sebagai alat promosi yang efektif di daerah pedesaan, mencerminkan pendekatan kreatif dalam meraih simpati masyarakat. Dalam konteks ini, Gus Fawait tampaknya berusaha untuk memperkuat keterikatan dirinya dengan masyarakat melalui strategi yang familiar dan dekat dengan budaya setempat. Dalam politik, terutama di tingkat daerah, metode komunikasi yang efektif sangat penting. Penggunaan sound horeg tidak hanya tentang menyampaikan pesan politik, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi masyarakat. Ini menunjukkan bahwa Gus Fawait memahami karakter dan kebutuhan pemilihnya. Ia berupaya untuk menjalin komunikasi yang lebih intim dan langsung dengan pendukungnya, yang pada gilirannya bisa meningkatkan peluangnya dalam meraih suara. Namun, di sisi lain, ada tantangan yang perlu dihadapi. Pemilihan umum tidak hanya bergantung pada daya tarik kampanye berbasis budaya, tetapi juga pada substansi. Janji-janji politik yang disampaikan perlu didukung oleh program yang jelas dan realistis. Masyarakat biasanya menginginkan lebih dari sekadar hiburan; mereka mencari solusi nyata terhadap permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari. Oleh karena itu, Gus Fawait perlu memastikan bahwa informasinya tidak hanya sekadar kosmetik, tetapi juga tegas dan terkait dengan pengentasan masalah yang ada. Lebih jauh lagi, penting untuk memperhatikan etika dalam kampanye politik. Penggunaan alat-alat seperti sound horeg harus dilakukan dengan cara yang tidak mengganggu ketentraman masyarakat. Dalam konteks ini, Gus Fawait dan timnya perlu memastikan bahwa kampanye yang diadakan berjalan dengan harmonis, tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari warga. Tindakan yang bijak dalam hal ini bisa meningkatkan citra positifnya di mata pemilih. Sementara itu, fenomena ini bisa juga dilihat sebagai bagian dari tren yang lebih besar dalam politik Indonesia, di mana kandidat berusaha untuk lebih dekat dengan konstituen mereka melalui cara-cara yang inovatif. Penggunaan media tradisional seperti sound horeg untuk kampanye menunjukkan bahwa kekuatan tradisi masih sangat relevan dalam konteks masyarakat lokal. Ini adalah sinyal positif bahwa budaya lokal tetap dihargai, meskipun ada tekanan modernisasi dalam cara berkomunikasi. Akhirnya, keberhasilan Gus Fawait dalam kampanyenya akan bergantung tidak hanya pada promosi dan ketergantungan pada sound horeg, tetapi juga pada kemampuan untuk membuktikan bahwa ia adalah kandidat yang mampu memberikan perubahan positif bagi Jember. Sebagai seorang pemimpin potensial, ia harus menunjukkan komitmennya terhadap transparansi, akuntabilitas, dan pengabdian kepada masyarakat, sehingga partisipasi politik yang ditimbulkan melalui kampanye-kampanye seperti ini benar-benar berbuah baik bagi masa depan daerah tersebut.