RK tidak masalah Ketua The Jakmania hadir di kampanye akbar Pramono-Rano. RK menilai kehadiran Diky tak membuat rombongan Jakmania turut mendukung Pramono-Rano. Berita mengenai kehadiran Ketua Jakmania di kampanye akbar Pramono-Rano mengundang berbagai tanggapan dari masyarakat, terutama penggemar sepak bola dan warga Jakarta secara umum. Jakmania, yang merupakan suporter fanatik Persija Jakarta, selama ini dikenal sebagai kelompok yang sangat loyal terhadap klub mereka. Dalam konteks ini, kehadiran Ketua Jakmania dalam sebuah acara politik menjadi sorotan menarik. Dari satu sisi, kehadiran Ketua Jakmania di kampanye tersebut bisa dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap salah satu kandidat pilkada. Hal ini menunjukkan bahwa dia dan kelompok suporter tersebut tidak hanya aktif mendukung tim kesayangan mereka di lapangan, tetapi juga ingin terlibat dalam dunia politik yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, khususnya di Jakarta. Partisipasi dalam kegiatan politik bisa dimaknai sebagai upaya untuk memperjuangkan kepentingan dan aspirasi warga, termasuk dalam hal pengembangan olahraga dan fasilitas publik yang mendukung kegiatan tersebut. Namun, di sisi lain, kehadiran seorang tokoh suporter di acara politik juga dapat memicu perdebatan. Beberapa kalangan bisa menganggap bahwa politik dan olahraga seharusnya dipisahkan untuk menghindari pengaruh negatif dan politisasi dalam dunia olahraga. Hal ini penting agar komunitas suporter tetap menjaga independensi dan integritas mereka tanpa terpengaruh oleh kepentingan politis tertentu. Apalagi, jika keputusan politik yang diambil tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh penggemar serta masyarakat luas. Tanggapan yang beragam ini juga menggambarkan dinamika sosial dan politik yang semakin rumit di Indonesia. Di tengah persaingan politik yang ketat, kehadiran figur-figur yang memiliki pengikut besar, seperti Ketua Jakmania, tentunya dapat mempengaruhi suara di pemilihan umum. Ini mencerminkan betapa pentingnya strategi kampanye dalam menjangkau dan memobilisasi basis massa yang ada, termasuk di kalangan penggemar olahraga. Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa kehadiran Ketua Jakmania bisa berjalan seiring dengan dukungan pada hal-hal positif, seperti pembangunan infrastruktur olahraga, program-program promosi olahraga di tingkat masyarakat, atau meningkatkan kesadaran akan pentingnya fasilitas umum yang mendukung kegiatan olahraga. Tentu saja, harapan ini harus disertai dengan tindakan nyata yang dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak. Secara keseluruhan, fenomena ini menunjukkan interaksi yang kompleks antara olahraga dan politik dalam konteks masyarakat Indonesia. Dengan semakin banyaknya kelompok suporter yang memiliki pengaruh, penting bagi seluruh pihak untuk mengevaluasi dampak dari kolaborasi ini. Apakah hal ini akan membawa manfaat bagi masyarakat luas atau justru sebaliknya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memerlukan perhatian dan diskusi lebih lanjut agar seluruh elemen, baik olahraga maupun politik, dapat berkembang secara sinergis demi kemajuan bangsa.