Massa terlihat terus berdatangan dari pedesaan naik mobil pikap, mobil pribadi, sepeda motor dan jenis kendaraan lainnya dari arah Medan menuju Kutaca Berita mengenai kampanye pasangan calon bupati dan wakil bupati Aceh Tenggara (RASA) yang dimeriahkan oleh Ridho Rhoma dan artis lainnya menunjukkan bagaimana kegiatan politik di Indonesia semakin menarik perhatian masyarakat. Dalam konteks ini, penggunaan hiburan sebagai strategi untuk menarik massa bukanlah hal yang baru, tetapi tetap menarik untuk dianalisis. Pertama-tama, mengundang artis terkenal seperti Ridho Rhoma bisa dianggap sebagai langkah yang cerdas. Artis atau selebriti memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat, terutama di kalangan penggemar. Ini dapat membantu pasangan calon bupati dan wakil bupati untuk menjangkau segmen pemilih yang lebih luas, termasuk generasi muda yang mungkin lebih tertarik pada hiburan ketimbang politik. Dengan demikian, kampanye ini bisa berfungsi ganda: sebagai ajang politik sekaligus hiburan yang mengundang keramaian. Namun, di sisi lain, ada pertanyaan mengenai substansi dari kampanye itu sendiri. Apakah kehadiran artis menjamin penyampaian visi dan misi pasangan calon kepada publik? Sangat penting bagi pasangan calon untuk memastikan bahwa acara tersebut tidak hanya menjadi panggung hiburan, tetapi juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan politik yang jelas dan langsung kepada para pemilih. Pemilih perlu mengetahui rencana kerja dan program yang akan dijalankan jika mereka terpilih, bukan hanya terpesona oleh penampilan artis. Selain itu, ada juga tantangan bagi masyarakat untuk tetap kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh daya tarik visual dalam kampanye. Hiburan memang menarik, tetapi pemilih seharusnya lebih fokus pada kemampuan dan rekam jejak calon pemimpin dalam mengelola pemerintahan. Kualitas pemimpin yang akan dipilih bukan hanya sekadar seberapa meriah kampanye mereka, tetapi lebih kepada bagaimana mereka dapat memberikan perubahan yang nyata dan positif bagi masyarakat. Kehadiran Ridho Rhoma dan artis-artis lain juga menunjukkan bagaimana politik dan hiburan saling berinteraksi dalam lanskap sosial Indonesia. Hal ini mencerminkan bahwa penciptaan citra publik yang baik menjadi sangat penting dalam dunia politik modern. Pasangan calon yang mampu merangkul elemen-elemen hiburan tentu memiliki keuntungan kompetitif dalam menarik perhatian pemilih. Namun, ini juga harus diimbangi dengan substansi dan integritas agar kepercayaan publik dapat terbangun. Dalam konteks Aceh Tenggara, di mana isu-isu lokal sering kali menjadi perhatian utama, penting bagi pasangan calon untuk mengaitkan hiburan dengan tema dan isu yang relevan. Penanganan masalah lokal, kesejahteraan masyarakat, dan program pembangunan harus menjadi inti dari kampanye. Jika tidak, kehadiran artis hanya akan menjadi bumbu penyedap yang tidak memberikan dampak signifikan terhadap hasil pemilihan. Akhirnya, harapan terbesar dari setiap kampanye politik adalah terciptanya pemimpin yang bisa membawa perubahan positif. Masyarakat di Aceh Tenggara perlu memasukkan pertimbangan yang lebih dalam saat memilih calon pemimpin mereka. Di tengah semaraknya hiburan, pemilih harus tetap kritis dan berpegang pada nilai-nilai serta visi yang dibawa oleh kandidat. Dengan begitu, keberhasilan bukan hanya diukur dari jumlah massa yang hadir di kampanye, tetapi dari perwujudan harapan dan aspirasi masyarakat yang terwujud dalam tindakan nyata setelah pemilihan.