Mendikdasmen Abdul Mu'ti membolehkan pelaksanaan wisuda bagi siswa di tingkat TK, SD, SMP hingga SMA. Berita mengenai keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang memperbolehkan pelaksanaan wisuda di sekolah dengan catatan tidak membebani orang tua, mencerminkan upaya pemerintah untuk menyeimbangkan antara tradisi pendidikan dan kondisi ekonomi yang dihadapi oleh banyak keluarga. Keputusan ini muncul di tengah situasi yang penuh tantangan akibat pandemi dan dampaknya terhadap perekonomian masyarakat. Dengan mengambil langkah ini, pemerintah memberikan fleksibilitas kepada sekolah dalam menjalankan kegiatan wisuda, sekaligus mengingatkan pentingnya mempertimbangkan beban finansial bagi orang tua, terutama di masa-masa sulit seperti sekarang. Dari segi positif, kebijakan ini memberikan ruang bagi sekolah untuk merayakan pencapaian siswa tanpa harus terjebak dalam ekspektasi yang berat dan berlebihan. Wisuda sebagai momen penting dalam perjalanan pendidikan anak-anak seharusnya dapat dirayakan dengan cara yang sederhana namun bermakna. Ini juga bisa menjadi dorongan bagi sekolah untuk mengkreativitas cara pelaksanaan wisuda, seperti acara daring atau pelaksanaan yang lebih hemat biaya. Hal ini tentu dapat menciptakan suasana yang hangat dan penuh makna tanpa harus mengorbankan nilai-nilai pendidikan itu sendiri. Namun, di sisi lain, ada beberapa tantangan yang mungkin muncul akibat kebijakan ini. Misalnya, sekolah yang memiliki kebiasaan merayakan wisuda dengan cara yang lebih mewah mungkin mengalami kesulitan dalam merubah tradisi tersebut. Ada juga kemungkinan bahwa akan terjadi perbedaan sikap di antara sekolah-sekolah, di mana ada yang tetap melaksanakan wisuda dengan cara yang megah meskipun tidak diharapkan oleh orang tua, sementara yang lain memilih pendekatan yang lebih sederhana. Ini bisa menimbulkan ketidakpuasan di kalangan orang tua dan siswa apabila mereka merasa ada kesenjangan dalam cara sekolah merayakan prosedur wisuda. Yang perlu diperhatikan juga adalah pentingnya komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua. Agar kebijakan ini dapat diterima dengan baik, perlu ada dialog terbuka mengenai harapan dan kemampuan masing-masing pihak. Dengan demikian, orang tua dapat merasa lebih terlibat dalam proses tersebut dan terhindar dari tekanan untuk mengeluarkan biaya yang tidak seharusnya. Pengelolaan yang transparan dan inklusif dalam perencanaan acara wisuda dapat membantu menciptakan rasa kepemilikan dan kebersamaan dalam masyarakat sekolah. Secara keseluruhan, keputusan mendikdasmen ini adalah langkah yang tepat, asalkan diimplementasikan dengan bijak dan mempertimbangkan dinamika yang ada di tingkat sekolah dan komunitas. Ini merupakan momen penting bagi siswa, dan harus diadakan dengan cara yang tidak hanya merayakan pencapaian mereka, tetapi juga mendukung orang tua secara finansial. Momen wisuda harus tetap menjadi kenangan yang indah dan bermakna, bukan menjadi beban para orang tua. Dengan manajemen yang baik, wisuda dapat menjadi simbol keberhasilan yang semestinya dirayakan dengan sukacita tanpa mengesampingkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong.