2 pemuda asal Surabaya tepergok mencuri sepeda motor di wilayah Kelurahan Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jatim. Berita mengenai dua pemuda Surabaya yang dihajar warga Gresik setelah ketahuan mencuri motor di Kelurahan Giri menunjukkan realitas yang cukup memprihatinkan mengenai fenomena kejahatan di masyarakat. Tindakan pencurian motor adalah salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi, dan dapat menimbulkan ketidakamanan di kalangan masyarakat. Ketika warga merasa tidak lagi aman, seringkali mereka mengambil tindakan sendiri untuk menanggapi kejahatan, seperti yang terjadi dalam kasus ini. Tanggapan masyarakat yang langsung menghajar pelaku pencurian mencerminkan rasa frustrasi dan ketidakpuasan terhadap sistem hukum yang dianggap mungkin tidak cukup tegas dalam menangani kasus kejahatan. Banyak orang merasa bahwa hukum tidak memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan, sehingga mereka merasa perlu mengambil tindakan sendiri. Namun, tindakan vigilante seperti ini membawa risiko, tidak hanya bagi pelaku tetapi juga bagi masyarakat itu sendiri. Ada kemungkinan bahwa tindakan kekerasan dapat berujung pada masalah hukum bagi warga yang terlibat. Dalam konteks ini, penting untuk melihat faktor-faktor yang mendorong terjadinya kejahatan seperti pencurian motor. Di banyak daerah, masalah ekonomi yang sulit, kurangnya lapangan pekerjaan, dan akses terbatas terhadap pendidikan dapat memicu individu untuk melakukan tindakan kriminal. Oleh karena itu, penanggulangan kejahatan bukan hanya tanggung jawab aparat keamanan saja, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat dan pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sejahtera. Perlu adanya pendekatan yang lebih holistik dalam menangani masalah kejahatan, salah satunya dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan bagi masyarakat mengenai cara-cara melindungi diri dan properti mereka. Selain itu, program-program yang mendukung pemberdayaan ekonomi dan peningkatan pendidikan harus diprioritaskan agar generasi muda memiliki pilihan yang lebih baik daripada terlibat dalam aktivitas kriminal. Meskipun kita bisa memahami rasa marah dan frustrasi masyarakat yang menghadapi kejahatan, bentuk penyelesaian melalui kekerasan bukanlah solusi yang baik. Penting untuk mendorong dialog antara masyarakat dan aparat penegak hukum, agar solusi yang dihasilkan dapat melibatkan semua pihak. Keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan serta dukungan dari pihak berwenang akan menciptakan sinergi yang efektif dalam pencegahan kejahatan. Kasus ini juga bisa menjadi momentum bagi masyarakat dan pemerintah untuk berkolaborasi dalam program-program keamanan lingkungan, seperti mengenalkan sistem keamanan lingkungan, patroli budaya, atau pelatihan bagi warga untuk menghadapi situasi darurat. Keamanan bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif yang perlu dikerjakan bersama. Akhirnya, kasus pemuda Surabaya yang dihajar warga ini harus menjadi pelajaran bahwa kejahatan bisa dicegah dengan pendekatan yang lebih bijaksana. Semoga ke depannya, sistem hukum yang ada dapat berfungsi lebih baik dalam memberikan rasa keadilan dan keamanan bagi masyarakat.