Gadis berusia 15 tahun di Mataram diperkosa ayah kandungnya berinisial R. Saat hendak melapor kepada ibunya, Wifi di rumah tersebut sengaja dimatikan oleh R. Berita mengenai gadis di Mataram yang mengalami pelecehan seksual oleh ayah kandungnya sangat menyedihkan dan mengguncang hati. Tindakan keji tersebut tidak hanya merusak fisik korban, tetapi juga meninggalkan bekas luka emosional yang dalam. Sangat memilukan melihat seorang anak harus mengalami kekerasan dari orang yang seharusnya memberikan perlindungan dan kasih sayang. Kehadiran teknologi dalam kasus ini menjadi ironis, dimana WiFi yang mati saat korban mencoba melaporkan kejadian ini kepada ibunya menunjukkan bagaimana sikap acuh dan ketidakpedulian dari orang dewasa dalam kasus ini. Kecanggihan teknologi seharusnya menjadi sarana untuk melindungi dan memberikan perlindungan kepada korban kekerasan, bukan justru menghambat proses pelaporan dan mediasi kasus. Penting bagi masyarakat dan pihak berwenang untuk memberikan dukungan dan perlindungan kepada korban agar dapat pulih dan mendapatkan keadilan. Korban perlu diberikan pelayanan kesehatan fisik dan mental, serta pendampingan hukum agar pelaku dapat diadili sesuai dengan hukum yang berlaku. Pendidikan juga perlu ditingkatkan dalam hal kesadaran akan perlindungan anak dan upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga. Kasus seperti ini juga seharusnya mengingatkan kita semua untuk selalu waspada dan peka terhadap tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan seksual. Saling mendengarkan dan memberikan dukungan kepada anak-anak kita juga sangat penting untuk mencegah kasus serupa terjadi di lingkungan sekitar kita. Semoga korban dan keluarga dapat mendapatkan kekuatan untuk melewati masa sulit ini dan pelaku dapat mendapatkan hukuman yang setimpal sebagai pembelajaran bagi orang lain.