UBS, raksasa perbankan asal Swiss, akan melakukan PHK terhadap ribuan karyawannya di seluruh dunia. PHK massal itu dilakukan untuk menekan biaya operasional. Keputusan Bank UBS untuk melakukan pengurangan jumlah karyawan dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan di seluruh dunia tentu saja menjadi sebuah berita yang mengejutkan dan membuat prihatin. Langkah ini tentu akan berdampak besar bagi karyawan yang terkena PHK dan juga bagi keluarga mereka. Pembatasan modal dan penurunan profitabilitas akibat dampak pandemi Covid-19 dapat menjadi faktor yang memengaruhi keputusan bank tersebut untuk melakukan PHK. Tidak dapat dipungkiri bahwa situasi ekonomi global yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19 telah membuat banyak perusahaan, termasuk bank-bank besar seperti UBS, terpaksa untuk melakukan langkah-langkah untuk mengurangi biaya operasional agar tetap bertahan. Namun, di sisi lain, langkah PHK tersebut dapat mendapat kritik dari berbagai pihak karena akan menambah jumlah pengangguran dan memperburuk kondisi ekonomi para karyawan yang terkena dampak. UBS sebagai perusahaan besar seharusnya juga mempertimbangkan opsi lain seperti melakukan pemotongan biaya operasional di bidang lain tanpa harus melakukan PHK, seperti menunda proyek-proyek yang tidak menjadi prioritas, mengurangi bonus eksekutif, atau melakukan restrukturisasi perusahaan dengan cara yang lebih manusiawi. Perlu diingat bahwa karyawan adalah aset berharga bagi perusahaan dan seharusnya menjadi prioritas utama perusahaan dalam menghadapi krisis. Maka dari itu, UBS disarankan untuk memberikan kompensasi yang layak bagi karyawan yang terkena PHK, memberikan dukungan dan fasilitas untuk membantu mereka dalam mencari pekerjaan baru, serta melakukan proses PHK dengan penuh transparansi dan keadilan. Semoga keputusan PHK yang diambil oleh Bank UBS dapat memberikan dampak yang positif bagi kelangsungan perusahaan, namun tetap memperhatikan kesejahteraan dan keadilan bagi para karyawan yang terkena dampak.