Saat hendak berangkat lagi, rem bus tidak berfungsi dan Sadira mengaku langsung kehilangan kendali hingga memilih banting setir ke kanan. Berita mengenai Sadira yang menjadi tersangka dalam kecelakaan di Subang memang sangat mengkhawatirkan. Apalagi saat Sadira mengakui bahwa rem bus yang dia kendarai tidak berfungsi dengan baik. Hal ini menjadi sangat memprihatinkan karena menunjukkan kurangnya perawatan dan pengawasan terhadap armada transportasi umum, yang seharusnya memiliki standar keselamatan yang tinggi untuk menjaga nyawa penumpangnya. Meminta maaf tentu saja adalah langkah yang patut diapresiasi dari Sadira, namun itu belum cukup untuk menutupi kesalahan yang telah terjadi. Setiap sopir bertanggung jawab penuh atas keselamatan penumpangnya, dan ketidaksempurnaan teknis bus seharusnya sudah menjadi perhatian yang serius sejak awal. Lebih jauh, kejadian ini juga seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan bus dan pihak terkait untuk meningkatkan pengawasan dan perawatan armada transportasi mereka. Kecelakaan ini juga seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah untuk memberlakukan regulasi yang lebih ketat terhadap keselamatan transportasi umum. Pengawasan dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran standar keselamatan tidak boleh diabaikan demi menjaga nyawa para penumpang yang membayar untuk mendapatkan layanan transportasi yang aman. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula untuk meningkatkan kesadaran sopir dalam hal perawatan kendaraan dan pentingnya menjaga kondisi yang prima sebelum berangkat. Semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah terulangnya kecelakaan serupa di masa depan, agar nyawa dan keselamatan penumpang menjadi prioritas utama. Semoga kecelakaan ini menjadi titik awal perbaikan sistem transportasi umum di Indonesia, dan tidak terulang di kemudian hari.