Anne (57) merupakan cerminan dari kerja keras. Wanita yang pernah jadi sopir taksi itu kini menyambung hidup dengan berjualan tisu demi membangun rumah tahfidz. Saya merasa terharu dan tersentuh setelah membaca berita mengenai kisah Anne dan anak semata wayangnya di Bandung. Melihat seorang ibu yang begitu gigih dan penuh cinta untuk merawat anaknya yang berkebutuhan khusus membuat saya semakin menyadari betapa pentingnya kasih sayang dan perhatian dalam mendidik serta membesarkan anak. Kisah Anne yang rela meninggalkan pekerjaannya demi merawat anaknya yang mengalami gangguan perkembangan membuat saya teringat akan kekuatan seorang ibu dalam memberikan dukungan tanpa syarat kepada anak-anaknya. Keputusan Anne untuk fokus pada perawatan anaknya menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam memenuhi kebutuhan anaknya, meskipun itu berarti harus mengorbankan karir dan kehidupan sosialnya. Selain itu, kisah Anne juga mengingatkan kita bahwa setiap anak memiliki keunikan dan keistimewaan yang perlu diterima dan dicintai dengan segenap hati. Dalam masyarakat yang seringkali menilai seseorang berdasarkan kemampuan dan prestasi, Anne menunjukkan bahwa kasih sayang dan kehadiran seorang ibu sangatlah penting dalam membantu anak mengatasi segala kesulitan yang dihadapinya. Kisah ini juga memberikan inspirasi bagi kita semua untuk lebih memahami, menghargai, dan mendukung keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Kita perlu memberikan dukungan secara nyata dan empati kepada mereka, serta tidak menghakimi atau mengucilkan mereka dari masyarakat. Semoga kisah Anne dan anaknya dapat menjadi contoh bagi kita semua dalam memperlakukan sesama dengan penuh kasih sayang dan pengertian.