Pria di Kabupaten Jembrana, Bali, mencuri sebanyak delapan sapi dan dijual ke Pasar Hewan Beringkit. Duit hasil penjualan sapi curian dipakai judi tajen. Berita mengenai pria dari Jembrana yang menjual 8 sapi curian ke pasar Beringkit dan menggunakan uangnya untuk berjudi tajen merupakan sebuah tindakan yang tidak patut dicontoh. Dalam konteks hukum, mencuri hewan ternak merupakan pelanggaran yang merugikan pemilik hewan dan dapat merugikan perekonomian lokal. Selain itu, menggunakan uang hasil penjualan sapi curian untuk berjudi menunjukkan ketidakbertanggungjawaban individu tersebut. Tindakan tersebut juga dapat merugikan masyarakat sekitar, mengingat sapi merupakan salah satu aset berharga bagi peternak dan dapat mempengaruhi keberlangsungan usaha mereka. Selain itu, praktik curian dan perjudian juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak stabil bagi masyarakat sekitar. Sikap yang tidak bertanggungjawab seperti ini dapat merusak tatanan sosial dan menciptakan ketidakpercayaan antar sesama. Penting bagi pemerintah dan pihak berwenang untuk memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku kejahatan seperti ini, guna memberikan efek jera serta mencegah terulangnya tindakan serupa di masa mendatang. Selain itu, sosialisasi mengenai pentingnya menjaga keamanan hewan ternak serta memberikan pemahaman tentang bahaya perjudian juga perlu dilakukan secara intensif dalam masyarakat. Sebagai individu, kita juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya bertindak dengan jujur dan bertanggungjawab dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kita sebagai anggota masyarakat seharusnya menjaga keutuhan dan keamanan bersama, serta tidak terlibat dalam tindakan yang dapat merugikan orang lain. Semoga kejadian seperti ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk selalu bertindak secara etis dan bertanggungjawab dalam segala hal.