Diduga petugas Dishub meminta gratisan martabak kepada pedagang supaya tetap bisa dagang di trotoar wilayah Kota Medan. Saya merasa prihatin dengan kejadian ini karena menunjukkan adanya potensi konflik antara pedagang dan petugas instansi yang seharusnya bekerja sama untuk menjaga ketertiban di jalan. Penting untuk mencari solusi yang adil dan bijaksana dalam penyelesaian permasalahan ini. Pada satu sisi, saya memahami bahwa sebagai pedagang, mereka mungkin merasa tersinggung dan dilecehkan oleh tindakan pemalakan yang dilakukan oleh petugas Dishub. Namun demikian, memviralkan masalah ini di media sosial mungkin bukan tindakan yang bijaksana karena dapat menimbulkan kegaduhan dan berpotensi memperkeruh suasana. Di sisi lain, sebagai petugas Dishub, mereka seharusnya bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak menggunakan tindakan pemalakan dalam menjalankan tugasnya. Jika benar adanya pemalakan, pihak terkait perlu melakukan investigasi lebih lanjut untuk menindaklanjuti kasus tersebut. Dalam penyelesaian konflik ini, penting bagi kedua belah pihak untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dan jujur untuk mencari solusi yang terbaik. Mungkin dapat dilakukan mediasi atau pertemuan antara pedagang dan petugas Dishub untuk mencari titik temu dan menyelesaikan masalah dengan baik. Selain itu, pihak terkait, baik itu instansi terkait maupun pihak kepolisian, juga perlu turun tangan dalam penyelesaian kasus ini dengan memberikan perlindungan dan keadilan bagi kedua belah pihak. Semua pihak perlu bekerja sama untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan. Kesimpulannya, penyelesaian konflik antara pedagang martabak dan petugas Dishub di Medan ini membutuhkan pendekatan yang bijaksana, transparan, dan adil dari semua pihak terkait. Semoga kasus ini dapat diselesaikan dengan baik dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.