Anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN), Muhammad Syafruddin, ikut bertarung di Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bima 2024, Nusa Tenggara Barat (NTB). Saya merasa bahwa langkah Syafruddin untuk maju di Pilwalkot Bima 2024 dengan mendaftar di 7 partai politik adalah tindakan yang cukup menarik. Dengan mendaftar di beberapa partai politik, hal tersebut dapat diinterpretasikan sebagai strategi politik untuk memperluas jaringan dan dukungan politiknya. Namun, hal tersebut juga dapat dilihat sebagai tindakan yang opportunistik, dimana Syafruddin mencoba memaksimalkan peluangnya untuk memenangkan pemilihan dengan cara apapun. Selain itu, dengan mendaftar di 7 partai politik, Syafruddin juga dapat memperoleh peluang yang lebih besar untuk mendapatkan dukungan finansial dan logistik selama kampanye. Namun, kita juga perlu waspada terhadap kemungkinan adanya konflik kepentingan dan kolusi yang dapat timbul akibat hubungan yang terlalu erat dengan berbagai partai politik tersebut. Terlepas dari itu semua, perlu diingat bahwa politik adalah sarana untuk melayani masyarakat dan memajukan daerah, bukan sekadar untuk memperoleh kekuasaan semata. Oleh karena itu, penting bagi Syafruddin untuk tetap menjaga integritas dan komitmennya terhadap kepentingan rakyat Bima, serta tidak terjebak dalam praktik politik yang tidak sehat. Semoga dengan langkah ini, ia dapat memenangkan kepercayaan rakyat dan melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin kota dengan baik.