Pria berusia 50 tahun, SD,diduga memerkosa perempuan tuna rungu berinisial SW hingga hamil 7 bulan. Pemerkosaan dilakukan sebanyak tiga kali. Saya sangat terkejut dan prihatin dengan berita mengenai kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang pria terhadap perempuan tunarungu di Buleleng yang berujung pada kehamilan yang sudah mencapai 7 bulan. Tindakan keji tersebut tidak hanya merusak fisik korban, tetapi juga melukai secara emosional dan psikologis. Perbuatan tersebut merupakan tindakan kejahatan yang tidak bisa ditoleransi dalam masyarakat mana pun, dan pelakunya harus diadili sesuai dengan hukum yang berlaku. Kasus ini juga menggambarkan betapa rentannya perempuan dengan disabilitas dalam hal perlindungan dan keamanan. Mereka seringkali menjadi korban kekerasan seksual tanpa dapat membela diri atau melaporkan tindakan tersebut. Hal ini menuntut pemerintah dan lembaga terkait untuk meningkatkan perlindungan dan perhatian terhadap perempuan tunarungu serta memberikan akses yang lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan bantuan dan keadilan. Selain itu, kasus ini juga menjadi bukti bahwa stigma dan diskriminasi terhadap perempuan tunarungu masih sangat kuat di masyarakat. Mereka sering kali tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan setara dengan orang lain, sehingga rentan menjadi korban kejahatan. Pendidikan dan sosialisasi mengenai hak asasi manusia dan perlindungan terhadap perempuan dengan disabilitas perlu ditingkatkan untuk mengurangi kasus-kasus seperti ini di masa depan. Saya berharap agar kasus ini ditangani secara serius oleh aparat penegak hukum dan pelakunya mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Selain itu, korban juga perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan yang memadai serta mendapatkan dukungan baik secara medis maupun psikologis untuk memulihkan trauma yang dialami. Semoga dengan peningkatan kesadaran dan tindakan preventif, kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan tunarungu bisa diminimalisir dan tidak terulang di masa depan.