Setelah mendaftar di Demokrat dan mendapatkan surat tugas dari DPP serta mendaftar ke PDI-P, kini Trihandy mendaftar sebagai Bacabup Nganjuk ke PKB. Saya melihat berita ini sebagai bagian dari upaya politik yang lumrah dalam konteks pemilihan kepala daerah, di mana calon-calon akan mencoba untuk memperkuat basis dukungan mereka dengan mencari pendukung dari berbagai partai politik. Dalam hal ini, langkah Trihandy Cahyo Saputro untuk mendaftar ke PKB setelah sebelumnya mencoba di Demokrat dan PDIP merupakan tindakan strategis yang sah dalam upaya memperoleh dukungan yang lebih luas. Hal ini juga menggambarkan dinamika politik yang terjadi di Indonesia, di mana para politisi sering kali berpindah-pindah partai demi mendukung kepentingan politik mereka. Meskipun hal ini bisa dianggap sebagai tindakan pragmatis, namun hal tersebut juga menunjukkan adanya kebebasan berpolitik di Indonesia serta adanya persaingan yang sehat di dunia politik. Di satu sisi, langkah Trihandy untuk mendaftar ke PKB setelah sebelumnya tidak berhasil mendapatkan dukungan dari Demokrat dan PDIP dapat diartikan sebagai upaya untuk memperluas basis dukungan politiknya secara inklusif. Namun di sisi lain, hal ini juga dapat dianggap sebagai tindakan oportunis yang hanya bertujuan untuk memenangkan pemilihan tanpa memperhatikan konsistensi ideologi dan kepentingan partai. Meskipun demikian, sebagai pemilih, kita perlu melihat tidak hanya dari faktor partai politik yang didukung oleh seorang calon, tetapi juga melihat track record dan program kerja yang ditawarkan. Selain itu, partai politik juga perlu melakukan evaluasi internal terhadap calon yang ingin bergabung agar tidak semata-mata menjadikan politik sebagai ajang memperebutkan kekuasaan semata.