Satrio Mukti Raharjo (19), Calon Siswa (Casis) Bintara Polri yang dibacok begal saat akan mengikuti psikotes, kini banjir rejeki. Berita ini sungguh mengejutkan dan menciptakan perasaan campuran di antara kita. Di satu sisi, kita merasa senang bahwa calon siswa Bintara Polri yang menjadi korban begal bisa mendapat rezeki nomplok dengan mendapatkan motor baru. Namun di sisi lain, kita juga merasa prihatin bahwa kejadian begal tersebut bisa terjadi dan pelaku begalnya akhirnya diloloskan oleh Kapolri. Pada beberapa sisi, kejadian ini menggambarkan betapa sulitnya situasi keamanan di Indonesia, di mana begal masih menjadi ancaman yang sering kali menimpa korban yang tidak bersalah. Tindakan begal juga seharusnya tidak dianggap sepele dan pelakunya harus ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku. Dalam konteks ini, keputusan Kapolri untuk melepaskan pelaku begal mungkin menuai kontroversi dan memunculkan pertanyaan mengenai keadilan dalam penegakan hukum. Di sisi lain, pemberian motor baru kepada calon siswa Bintara Polri yang menjadi korban begal bisa dianggap sebagai bentuk empati dan dukungan dari pihak kepolisian. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai penghargaan atas keberanian korban dalam menghadapi situasi berbahaya. Namun demikian, pemberian motor baru sebaiknya tidak menjadi pembenaran atas kejadian begal tersebut, melainkan sebagai langkah untuk membantu korban agar bisa kembali ke kehidupan normal. Secara keseluruhan, kejadian ini menyadarkan kita akan pentingnya keamanan dan perlindungan terhadap masyarakat, termasuk para calon siswa Bintara Polri. Kita berharap agar kasus begal semacam ini bisa ditangani secara serius dan tuntas oleh pihak berwenang, serta semoga korban-korban begal lainnya juga mendapatkan perlindungan serta keadilan yang sama. Itulah beberapa tanggapan yang bisa kami sampaikan mengenai berita ini. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan situasi keamanan di Indonesia semakin membaik.