Terjawab alasan 3 tokoh tolak jabatan jadi Menteri Prabowo Subianto, tak sanggup temani Presiden setiap saat Saya berpikir bahwa keputusan tiga tokoh yang menolak jabatan sebagai Menteri dalam kabinet Prabowo merupakan hak mereka yang patut dihormati. Tidak semua orang cocok atau merasa siap untuk memegang tanggung jawab yang besar sebagai seorang Menteri, terlebih jika tuntutan pekerjaan tersebut berarti harus bekerja secara intensif dan berada di dekat Presiden setiap saat. Alasan ketidakmampuan untuk mengikuti Presiden setiap saat mungkin menjadi faktor yang signifikan dalam keputusan mereka. Menjadi seorang Menteri tidak hanya memerlukan kemampuan dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan, tetapi juga memerlukan kesediaan untuk bersedia berada di bawah pengawasan Presiden dan bekerja bersamanya secara terus-menerus. Selain itu, mungkin juga ada pertimbangan lain yang membuat mereka merasa bahwa mereka tidak akan bisa memberikan kontribusi maksimal jika menerima jabatan tersebut. Mungkin saja mereka memiliki komitmen atau tanggung jawab lain yang tidak bisa ditinggalkan untuk menerima jabatan itu. Penting bagi tokoh-tokoh yang menolak jabatan Menteri ini untuk diperlakukan dengan penghormatan dan penerimaan atas keputusan mereka. Keputusan untuk menolak jabatan tersebut bisa jadi merupakan pilihan yang sulit bagi mereka, namun hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki kesadaran diri yang baik dan integritas yang tinggi. Terlepas dari hal tersebut, yang terpenting adalah bahwa semangat untuk memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara tetap dijaga, baik dalam kapasitas sebagai seorang Menteri maupun dalam peran lainnya. Kita perlu menghargai keputusan mereka dan tetap mendukung upaya-upaya mereka dalam memajukan Indonesia, meskipun dengan cara yang berbeda. Semoga keputusan mereka yang menolak jabatan ini masih tetap menjadikan mereka sebagai tokoh-tokoh yang bisa berperan aktif dalam membangun bangsa.