Loading...
Pensiunan PT Telkom Regional V Jatim Bali Nusra, Mochamad Sholichin Lazuardi (Okin Lazuardi), meluncurkan novel berjudul 'Triangle of Destiny'.
Saya belum memiliki akses langsung ke berita terbaru, tetapi saya dapat memberikan tanggapan umum tentang situasi yang mungkin terkait dengan judul tersebut.
Tragedi Palestina adalah isu yang telah menarik perhatian dunia selama beberapa dekade. Ketegangan yang terus berlangsung di wilayah tersebut sering kali melahirkan dampak besar bagi masyarakat sipil, dan banyak seniman serta penulis merasa tergerak untuk memberikan suara mereka, salah satunya melalui karya sastra. Meluncurkan novel dalam konteks situasi tersebut menunjukkan kepedulian penulis terhadap isu kemanusiaan dan keinginan untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam melalui medium sastra.
Dengan novel berjudul "Triangle of Destiny," Okin Lazuardi mungkin berusaha untuk menangkap kompleksitas dari situasi yang dihadapi oleh rakyat Palestina dan menyampaikan pengalaman mereka kepada audiens yang lebih luas. Karya sastra dapat membantu membangun empati dan pemahaman terhadap realitas yang sulit, di mana banyak individu dan keluarga terjebak dalam kekerasan dan ketidakpastian. Melalui narasi yang kuat, Lazuardi dapat menjembatani kesenjangan antara pengalaman hidup para korban dan pembaca yang mungkin berada jauh dari realitas tersebut.
Lebih dari sekadar hiburan, novel semacam ini berpotensi menjadi alat untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran. Banyak penulis yang menggunakan karya mereka sebagai sarana untuk mendukung perubahan sosial dan politik. Dengan merespons situasi darurat seperti yang terjadi di Palestina, Okin Lazuardi tidak hanya berkontribusi pada dunia sastra, tetapi juga berpartisipasi dalam dialog global mengenai isu-isu keadilan, hak asasi manusia, dan solidaritas.
Selanjutnya, peluncuran novel ini juga dapat dilihat sebagai panggilan untuk tindakan. Saat pembaca terpapar pada kisah-kisah yang menggugah, mungkin akan muncul keinginan untuk mendukung langkah-langkah konkret yang dapat membantu rakyat Palestina. Baik itu melalui kampanye kesadaran, donasi, atau mendukung organisasi yang berfokus pada bantuan kemanusiaan, karya Lazuardi dapat menjadi titik awal yang menginspirasi banyak orang.
Di era informasi saat ini, dimana berita seringkali datang dengan cepat dan terkadang menguras perhatian, karya seni seperti novel bisa menjadi pengingat bahwa ada dimensi emosional dan kemanusiaan di balik setiap statistik atau berita. Melalui "Triangle of Destiny," Okin Lazuardi berpotensi untuk mengajak pembaca merenungkan dan merasakan, bukan hanya melihat.
Akhirnya, saya berharap bahwa novel ini tidak hanya berhasil di tingkat literer, tetapi juga mampu menyentuh hati banyak orang dan mengajak mereka untuk lebih peduli terhadap isu-isu kemanusiaan yang mendesak. Dengan kata lain, ini adalah langkah positif untuk menggunakan seni sebagai platform yang kuat dalam mendukung keadilan sosial.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love

Care
Haha

Wow

Sad

Angry
Comment