Partai Amanat Nasional (PAN) mengeklaim mendapat jatah empat kursi kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Berita tersebut tentu memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama dari pihak partai politik yang secara langsung terlibat. Dalam hal ini, PAN menganggap pemberian 4 jatah menteri dalam kabinet Prabowo-Gibran kurang masuk akal dan seharusnya partai mereka mendapatkan lebih dari 4 jatah menteri. Tentu saja, pemilihan menteri dalam suatu kabinet harus mempertimbangkan berbagai aspek, seperti kapasitas, integritas, pengalaman, serta kecocokan antara menteri dengan bidang tugasnya. Oleh karena itu, jika PAN merasa bahwa 6 jatah menteri lebih masuk akal, mungkin mereka memiliki pertimbangan yang berbeda terkait siapa yang layak menduduki jabatan-jabatan tertentu dalam kabinet tersebut. Namun, pada akhirnya keputusan mengenai pembagian jatah menteri dalam kabinet bukanlah hal yang mudah, dan harus dipertimbangkan dengan matang oleh seluruh pihak yang terlibat. Kedewasaan politik dalam hal ini sangatlah penting, sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi pemerintahan dan negara secara keseluruhan. Selain itu, perlu diingat bahwa menteri bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan suatu kabinet. Dibutuhkan kerja sama antara seluruh komponen kabinet, termasuk dukungan dari partai politik yang terlibat, untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, walaupun terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah jatah menteri, penting bagi semua pihak untuk fokus pada kerja sama dan kolaborasi guna menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien. Dengan demikian, penentuan jatah menteri dalam kabinet Prabowo-Gibran perlu dilakukan dengan cermat dan memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan. Semua pihak, termasuk PAN, diharapkan dapat memberikan masukan yang konstruktif dan bersikap dewasa dalam menghadapi perbedaan pendapat, demi tercapainya kabinet yang kuat dan mampu memimpin negara dengan baik.