Sempat kabur, remaja yang menjadi terpidana kasus pembunuhan polisi di Lampung Tengah ini akhirnya dapat ditangkap. Saya merasa terkejut dan prihatin ketika membaca berita tersebut. Tindakan remaja pembunuh polisi yang kabur dan membuat sketsa pakai kertas nasi menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi namun digunakan untuk hal yang negatif dan merugikan orang lain. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan moral dan etika dalam pembentukan karakter seseorang. Tindakan tersebut juga menunjukkan betapa sulitnya untuk mengetahui pikiran dan niat seseorang, terutama dalam hal kejahatan. Remaja yang seharusnya mengembangkan potensi dan bakatnya untuk hal-hal positif justru menggunakan kecerdasannya untuk melarikan diri dari hukum dan mencari cara untuk menghindari tangkap polisi. Selain itu, kejadian ini juga menyoroti perlunya sistem pemasyarakatan yang lebih ketat dan pengawasan yang lebih intensif terhadap narapidana, terutama mereka yang melakukan kejahatan serius seperti pembunuhan. Kebebasan yang berlebihan bagi narapidana potensial membahayakan masyarakat, seperti dalam kasus ini. Selain itu, penting bagi pihak terkait untuk melakukan evaluasi terhadap kejadian ini dan menyusun strategi yang lebih efektif dalam penjagaan terhadap narapidana, terutama yang berpotensi untuk melarikan diri atau berbuat kejahatan lagi. Tidak hanya fokus pada pemulihan narapidana secara fisik, tapi juga perlu memberikan perhatian yang lebih kepada aspek psikologis dan mental mereka. Keselamatan dan keamanan masyarakat harus menjadi prioritas utama, dan kejadian seperti ini harus dijadikan sebagai pelajaran berharga bagi pihak terkait untuk terus meningkatkan sistem pemasyarakatan dan pemasyarakatan agar kejadian yang sama tidak terulang di masa depan. Semoga pelaku bisa segera ditangkap dan diadili sesuai dengan hukum yang berlaku.