Loading...
Sebuah percetakan berada di Jalan Hasanuddin HM, Banjarmasin. Toko ini tak begitu luas hanya berukuran 1x2,5 meter persegi.
Berita mengenai percetakan yang masih menggunakan mesin berusia 30 tahun di Jalan Hasanuddin HM Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menghadirkan gambaran menarik mengenai industri percetakan di era modern. Mesin-mesin tua sering kali dianggap sebagai penghalang kemajuan karena tidak seefisien teknologi baru. Namun, dalam konteks ini, ada nuansa yang lebih dalam yang ingin dinyatakan: bahwa dengan mesin tua tersebut, merupakan sebuah simbol ketahanan dan kerinduan akan keahlian tradisional yang mungkin semakin terancam oleh otomatisasi dan digitalisasi.
Kehadiran percetakan yang tetap eksis dengan peralatan tua menunjukkan dedikasi pemilik dan karyawan terhadap kerajinan yang telah diwariskan turun-temurun. Proses percetakan manual sebenarnya bisa menghasilkan karya yang unik dan berbeda, yang tidak dapat ditandingi oleh mesin modern. Nilai estetika dan karakter dari produk yang dihasilkan kadang-kadang sulit dicapai dengan mesin yang lebih baru, dan ini bisa menjadi keunggulan kompetitif tersendiri bagi percetakan tersebut.
Di sisi lain, tetap beroperasinya percetakan dengan mesin tua juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh industri kecil di Indonesia. Keterbatasan dalam hal investasi dan akses ke teknologi terbaru sering kali menjadi kendala bagi pengusaha kecil. Hal ini perlu mendapatkan perhatian, baik dari pemerintah maupun masyarakat, untuk membantu meningkatkan kapasitas dan daya saing mereka. Dukungan dalam bentuk pelatihan, akses ke pinjaman, dan informasi pasar bisa menjadi langkah positif untuk meningkatkan bisnis mereka.
Menggunakan mesin tua juga menciptakan potensi untuk inovasi dalam cara percetakan tersebut dapat beradaptasi dengan perubahan pasar. Misalnya, percetakan bisa memperkenalkan produk-produk baru yang lebih kreatif, seperti mengkombinasikan teknik cetak lama dengan desain modern. Hal ini memungkinkan mereka untuk menawarkan sesuatu yang unik kepada konsumen, yang mungkin sedang mencari produk yang berbeda dari yang ditawarkan di pasar massal.
Secara keseluruhan, cerita percetakan ini tidak hanya mencerminkan keadaan sebuah industri, tetapi juga menggambarkan ketahanan dan kreativitas manusia dalam menghadapi tantangan. Ada pelajaran yang bisa diambil tentang menghargai tradisi sambil tetap terbuka terhadap inovasi. Sengaja atau tidak, percetakan ini memberikan refleksi tentang pentingnya keberagaman dalam metode produksi dan nilai-nilai yang mendasarinya. Berita semacam ini menyadarkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya sekaligus beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love

Care
Haha

Wow

Sad

Angry
Comment