Naffa dan keluarganya sontak terkejut saat UKT yang harus dibayar sebesar Rp 8,5 juta per semester, sementara mereka dari keluarga sederhana. Saya merasa prihatin dan menyayangkan dengan keputusan Naffa untuk mengundurkan diri dari perguruan tinggi karena UKT (uang kuliah tunggal) yang mahal. Sebagai seorang yang memiliki cita-cita untuk kuliah, hal tersebut tentu menjadi pukulan berat bagi dirinya. Hal ini juga mencerminkan bahwa masih banyak mahasiswa yang terhalang untuk melanjutkan pendidikannya karena masalah finansial yang tak teratasi. Pemerintah dan perguruan tinggi seharusnya lebih serius dalam mengatasi masalah mahalnya biaya pendidikan, termasuk UKT. Kebijakan yang dapat membantu mahasiswa yang kurang mampu untuk tetap berkuliah perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik agar tidak ada lagi kasus seperti yang dialami oleh Naffa. Pendidikan seharusnya menjadi hak setiap individu tanpa terhalang oleh masalah keuangan. Masyarakat juga seharusnya lebih peduli dan memberikan dukungan kepada mereka yang kesulitan untuk membiayai pendidikannya agar mereka tetap bisa meraih cita-cita mereka dan berkembang di bidang yang diminati. Semoga kejadian ini dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat untuk lebih peduli terhadap masalah biaya pendidikan yang dapat menjadi hambatan bagi generasi muda dalam mengejar cita-cita mereka. Semoga Naffa dan mahasiswa lain yang mengalami kendala serupa dapat segera menemukan jalan keluar yang memungkinkan mereka untuk tetap mengejar impian mereka dalam menempuh pendidikan tinggi.