Sedari kecil, Aca hidup bersama ibu dan satu adiknya. Meski tanpa sosok ayah, ia berupaya menjadi sosok yang mandiri. Saya merasa prihatin ketika mendengar berita tentang pelajar berprestasi dari Saumlaki Tanimbar yang merasa kesepian. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi akademis yang tinggi tidak selalu menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis seseorang. Seringkali, para pelajar yang berprestasi di sekolah atau universitas harus mengorbankan banyak hal, termasuk waktu bersosialisasi dengan teman-teman mereka. Kesepian adalah masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Terutama di tengah pandemi ini, dimana interaksi sosial menjadi terbatas dan banyak orang merasa terisolasi. Mungkin, pelajar berprestasi ini juga merasa terbebani dengan ekspektasi yang tinggi dari orang-orang di sekelilingnya, sehingga sulit baginya untuk merasa nyaman dan bersantai. Penting bagi kita untuk mendengarkan curhatan dan perasaan kesepian dari orang lain, termasuk pelajar seperti yang disebutkan dalam berita. Salah satu cara untuk membantu mereka adalah dengan memberikan dukungan emosional, mengajak mereka untuk berbicara dan berbagi perasaan mereka, serta menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini. Selain itu, dapat membantu mereka menemukan hobi atau kegiatan yang mereka nikmati untuk mengisi waktu luang mereka dan meredakan perasaan kesepian. Sebagai masyarakat, kita juga perlu memperhatikan kesejahteraan mental dan psikologis orang-orang di sekitar kita, terutama mereka yang mungkin merasa kesepian atau terisolasi. Kita bisa memberikan dukungan, empati, dan perhatian kepada mereka, sehingga mereka merasa didengar dan diterima. Semoga pelajar berprestasi dari Saumlaki Tanimbar dan orang-orang yang merasa kesepian lainnya dapat merasa lebih baik dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.