Mereka menyuarakan penolakan terhadap izin konsensi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT BRS di Kabupaten Bangka Barat. Saya pikir judul berita tersebut menggambarkan situasi yang ironis dan lucu sekaligus. Sebuah spanduk yang dibuat oleh pendemo tolak HTI di Bangka Barat dengan tulisan "Cari duit halal susah, nyari duit haram dipenjara" menyoroti paradoks di masyarakat saat ini. Di satu sisi, banyak orang merasa sulit untuk mencari nafkah dengan cara-cara yang halal dan sesuai dengan nilai agama, namun di sisi lain banyak orang yang terjerat dalam praktik-praktik haram yang membawa mereka ke dalam masalah hukum. Spanduk tersebut juga menjadi cerminan dari kesadaran masyarakat akan pentingnya mencari nafkah dengan cara yang halal dan menjauhi segala bentuk praktik haram. Hal ini juga membawa pesan bahwa mendapatkan rezeki yang halal memang terkadang lebih sulit, namun itulah yang diinginkan oleh setiap umat agar hidup mereka diberkahi dan diterima di sisi Allah. Pendemo yang membuat spanduk tersebut juga dapat dianggap sebagai bentuk sindiran terhadap praktik-praktik yang melanggar aturan agama dan hukum yang sering kali dilakukan demi mencari keuntungan yang cepat namun justru membawa malapetaka. Mereka ingin menyampaikan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan cara mendapatkan rezeki dan tidak terjebak dalam praktik-praktik yang merugikan diri sendiri dan masyarakat. Dengan adanya spanduk tersebut, diharapkan masyarakat bisa lebih sadar akan pentingnya mencari rezeki secara halal dan menjauhi segala bentuk yang haram. Selain itu, spanduk tersebut juga dapat menjadi pemicu untuk melakukan introspeksi diri dan memperbaiki cara kita mendapatkan nafkah sehari-hari agar lebih berkualitas dan berkah. Kritik yang disampaikan melalui spanduk tersebut seharusnya dijadikan sebagai renungan bersama bagi masyarakat untuk mulai melakukan perubahan dalam mendapatkan rezeki. Semoga pesan yang disampaikan dalam spanduk tersebut dapat memotivasi masyarakat untuk lebih peduli dengan kehalalan rezeki dan menjadikannya sebagai pondasi utama dalam mencari nafkah.