Sebanyak 1.091 WBP diusulkan menerima remisi atau pengurangan masa pidana umum pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Saya merasa bahwa pemberian remisi kepada 1.091 WBP di Lapas Lombok Barat dalam rangka merayakan HUT RI adalah langkah yang patut diapresiasi. Remisi merupakan salah satu bentuk penghargaan yang dapat diberikan kepada narapidana yang telah menunjukkan perilaku yang baik dan sudah memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Hal ini bisa menjadi stimulus positif bagi para narapidana untuk terus memperbaiki diri dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Namun, di sisi lain, pemberian remisi juga harus dilakukan dengan bijaksana dan tepat sasaran. Penting untuk dipastikan bahwa narapidana yang menerima remisi tersebut benar-benar pantas dan layak menerimanya. Proses seleksi dan evaluasi terhadap perilaku para narapidana harus dilakukan secara transparan dan obyektif, agar tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat. Selain itu, remisi yang diberikan sebaiknya juga diikuti dengan program rehabilitasi yang lebih intensif, agar narapidana benar-benar dapat memperbaiki diri dan siap untuk kembali ke masyarakat setelah masa tahanan selesai. Program-program rehabilitasi yang terarah dan efektif dapat membantu para narapidana untuk mengubah perilaku buruk menjadi perilaku yang positif dan produktif. Selain itu, pemberian remisi juga sebaiknya dilakukan secara proporsional, sesuai dengan tingkat kesalahan dan kepatuhan yang ditunjukkan oleh masing-masing narapidana. Hal ini penting untuk menjaga keadilan dan kredibilitas sistem peradilan pidana, serta memberikan sinyal positif kepada masyarakat bahwa hukum di negara ini benar-benar berlaku adil bagi semua orang. Terakhir, pemberian remisi kepada narapidana sebaiknya juga diikuti dengan monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan, untuk memastikan bahwa para narapidana benar-benar memanfaatkan kesempatan tersebut dengan baik. Dengan demikian, pemberian remisi dapat benar-benar memberikan dampak positif bagi para narapidana dan masyarakat secara keseluruhan.