Pelaku mencekoki korban obat aborsi sehingga korban mengalami mulas dan pendarahan. Saya merasa sangat prihatin dan kecewa ketika mendengar berita mengenai dokter ASN di Pandeglang yang dilaporkan ke polisi karena diduga memaksa pacarnya untuk melakukan aborsi. Tindakan tersebut sangat tidak etis dan melanggar kode etik profesi seorang dokter. Sebagai seorang yang seharusnya memberikan perlindungan dan rasa aman bagi pasien, dokter seharusnya tidak melakukan tindakan yang merugikan kesehatan fisik maupun mental seseorang, terlebih lagi pada kasus aborsi yang merupakan tindakan ilegal di Indonesia. Selain itu, tindakan memaksa seseorang untuk melakukan aborsi juga merupakan bentuk kekerasan dan pelecehan terhadap hak-hak reproduksi wanita. Wanita seharusnya diberikan hak dan perlindungan untuk memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya dan kesehatan reproduksinya. Dengan memaksa pasangannya untuk melakukan aborsi, dokter tersebut telah melanggar hak asasi manusia dan melanggengkan sikap kontrol dan dominasi yang tidak seharusnya terjadi dalam sebuah hubungan. Tindakan dokter tersebut juga mencerminkan ketidakprofesionalan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter. Seorang dokter seharusnya mengedepankan prinsip etika dan moralitas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, bukan malah menjadi pelaku kekerasan dan pemaksaan. Tindakan tersebut dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi medis dan membuat orang-orang menjadi enggan untuk mencari pertolongan medis jika diperlukan. Saya menyarankan agar lembaga terkait segera melakukan penyelidikan terhadap kasus ini dan mengambil tindakan tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Dokter tersebut harus bertanggung jawab atas perbuatannya dan diproses secara hukum agar menjadi pembelajaran bagi para tenaga medis lainnya untuk tidak terlibat dalam tindakan yang melanggar etika dan hukum. Perlindungan terhadap hak-hak reproduksi dan kesehatan perempuan harus menjadi prioritas utama dalam setiap tindakan medis yang dilakukan.