Loading...
Calon gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) nomor urut 3, Lalu Muhamad Iqbal, menjelaskan alasan dirinya mengkritik program Zero Waste atau NTB bebas sampah.
Berita dengan judul "Ditanya Alasan Kritik Program Zero Waste NTB, Iqbal: Jauh Panggung dari Api" mengindikasikan adanya penilaian atau kritik terhadap program yang ditujukan untuk mengurangi limbah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam konteks ini, pemahaman mengenai upaya pemeliharaan lingkungan menjadi semakin penting, apalagi di era yang semakin sadar akan isu-isu lingkungan. Program Zero Waste memiliki tujuan yang mulia, tetapi implementasinya sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan, baik dari segi anggaran, partisipasi masyarakat, maupun infrastruktur pendukung.
Kritik yang disampaikan oleh Iqbal mungkin mencerminkan kekecewaan terhadap pelaksanaan program tersebut. Istilah "jauh panggung dari api" mengisyaratkan bahwa ada gap antara rencana besar dan realitas di lapangan. Dalam banyak kasus, program-program lingkungan memang sering kali terjebak dalam masalah koordinasi antarlembaga, serta kurangnya keterlibatan masyarakat secara aktif. Jika komunikasi antara pihak-pihak terkait tidak terjalin dengan baik, maka upaya untuk mencapai tujuan sustainability bisa terhambat.
Selain itu, kritik seperti ini juga bisa menjadi bagian dari proses pemeriksaan dan evaluasi yang sehat terhadap suatu program. Adalah penting bagi para pemangku kepentingan untuk membuka ruang diskusi dan menerima umpan balik, agar program yang dilaksanakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks lokal. Dalam hal ini, dukungan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk akademisi, aktivis lingkungan, dan masyarakat umum, sangat diperlukan agar program Zero Waste benar-benar dapat berjalan dengan efektif.
Namun, program Zero Waste juga perlu didukung dengan edukasi yang memadai untuk masyarakat. Sering kali, kegagalan program bukan hanya karena kurangnya rancangan yang baik, tetapi lebih kepada kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan edukasi dan kampanye kesadaran lingkungan sebagai bagian integral dari upaya mencapai zero waste.
Jika kritik yang disuarakan oleh Iqbal didasarkan pada pengamatan yang objektif, maka hal tersebut bisa menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan pengelola program untuk mengevaluasi kembali pendekatan yang telah dilakukan. Diperlukan transparansi dalam pelaksanaan program dan juga akuntabilitas dari pihak-pihak yang terlibat, agar dana yang dialokasikan untuk program tersebut benar-benar digunakan dengan tepat.
Ke depannya, penting bagi pemerintah NTB untuk memperkuat kolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil dan sektor swasta untuk mengoptimalkan program Zero Waste. Dengan membawa banyak pihak dalam satu meja, diharapkan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan dapat ditemukan. Kerjasama tersebut dapat mendorong inovasi dan kreativitas dalam mengelola sampah, sehingga dapat menciptakan dampak yang lebih besar bagi lingkungan.
Dalam menanggapi kritik, alangkah baiknya jika semua pihak tetap fokus pada tujuan yang lebih besar, yaitu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan adanya kritik yang konstruktif, diharapkan program-program yang ada dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan agar hasilnya lebih maksimal. Di sisi lain, kritik juga harus disampaikan dengan cara yang positif dan berorientasi pada solusi, bukan hanya untuk mengeluhkan kegagalan.
Kesimpulannya, kritik terhadap program Zero Waste NTB merupakan sebuah kesempatan bagi semua pihak untuk berbuat lebih baik. Dengan mengambil langkah proaktif, mendengarkan suara masyarakat, serta melakukan perbaikan yang diperlukan, upaya untuk mengurangi limbah di NTB bisa lebih berhasil dan berkelanjutan.
Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love
Care
Haha
Wow
Sad
Angry
Comment