Loading...
Kepanikan guru Supriyani lantaran akses internet di tempatnya ikut ujian secara daring di Kota Kendari hilang.
Berita mengenai "Guru Supriyani sempat Panik hingga Lari Demi Bisa Ikuti Ujian PPG" mencerminkan realitas yang dialami oleh banyak pendidik di Indonesia, terutama ketika berkaitan dengan ujian dan sertifikasi profesi. Situasi yang dialami oleh Supriyani menunjukkan betapa pentingnya ujian tersebut bagi para guru, yang tidak hanya berkaitan dengan pengakuan profesionalitas mereka, tetapi juga berdampak langsung pada karier dan masa depan mereka dalam dunia pendidikan.
Kekhawatiran dan rasa panik yang dirasakan oleh Supriyani dapat dimaklumi mengingat bahwa ujian Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ujian ini menjadi indikator kompetensi yang akan membantu guru dalam mengembangkan kemampuan mereka. Namun, tingkat stres yang tinggi dalam mengikuti ujian ini juga menunjukkan kurangnya dukungan dan persiapan yang mungkin dihadapi oleh para guru.
Di sisi lain, insiden semacam ini membuka peluang untuk mengevaluasi sistem pelaksanaan ujian dan dukungan yang diberikan kepada guru. Apakah ada cukup informasi mengenai prosedur ujian? Apakah ada mekanisme pendukung yang dapat membantu guru mengatasi perasaan cemas dan panik? Penting bagi pihak penyelenggara untuk memperhatikan aspek psikologis peserta ujian agar mereka dapat lebih siap dan tenang saat mengikuti ujian.
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh materi ajar yang disampaikan, tapi juga oleh kesejahteraan dan kesehatan mental guru. Pendekatan holistik perlu ditempuh untuk memastikan para pendidik dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Peningkatan pelatihan di bidang manajemen stres dan dukungan psikologis bagi guru yang menjelang ujian PPG bisa jadi langkah yang tepat untuk mengurangi situasi panik seperti yang dialami Supriyani.
Melihat situasi Supriyani, kita juga perlu merenungkan tentang bagaimana sosok guru sering kali dihadapkan pada ekspektasi tinggi dari masyarakat maupun pemerintah. Perasaan panik yang dialami tidak hanya disebabkan oleh tekanan untuk lulus ujian, tetapi juga oleh rasa tanggung jawab yang besar untuk mengajar murid-murid mereka. Dengan demikian, ada kebutuhan mendesak untuk menjadikan proses sertifikasi ini lebih manusiawi dan menjamin kesejahteraan mental bagi para guru.
Kesimpulannya, insiden seperti yang dialami oleh Guru Supriyani seharusnya menjadi pelajaran dan bahan refleksi bagi seluruh stakeholder pendidikan di Indonesia. Perlu ada langkah konkret dalam menyediakan sistem yang mendukung, memperhatikan kesehatan mental guru, dan menjamin bahwa mereka dapat mengikuti ujian dalam keadaan yang lebih optimal. Kualitas pendidikan kita bergantung pada kualitas guru, dan kualitas guru tidak hanya ditentukan oleh ujian, tetapi juga oleh dukungan yang mereka terima.
Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love
Care
Haha
Wow
Sad
Angry
Comment