Perenang Pelajar Kalsel Kecewa, Kemendikdasmen Kurangi Cabor O2SN

5 hari yang lalu
6


Loading...
Para atlet renang Kalimantan Selatan kecewa karena cabang olahraga mereka tak dipertandingkan pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2025
Berita mengenai kekecewaan perenang pelajar dari Kalimantan Selatan (Kalsel) terkait pengurangan cabang olahraga (cabor) dalam O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) yang diputuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sangat menarik untuk dicermati. Pengurangan cabor dalam acara yang seharusnya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkompetisi dan menunjukkan bakat mereka tentu menciptakan dampak yang cukup besar. Pertama, kita perlu mempertimbangkan apa arti dari O2SN bagi para pelajar. Acara ini tidak hanya sekedar ajang kompetisi, tetapi juga merupakan wadah untuk mengembangkan kemampuan atletik serta membangun karakter dan semangat bersaing yang sehat. Dengan pengurangan cabor, peluang bagi siswa untuk berpartisipasi dan menunjukkan bakat mereka menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi dan kekecewaan di kalangan pelajar yang telah bekerja keras untuk berlatih dan bersiap menghadapi kompetisi. Selain itu, keputusan pengurangan cabor juga dapat berimplikasi pada pengembangan olahraga di tingkat dasar. Jika cabor-cabor tertentu dihilangkan dari O2SN, bisa jadi minat siswa terhadap olahraga tersebut juga akan berkurang. Ini tentu saja berbahaya bagi masa depan olahraga di Indonesia, di mana talenta muda tidak mendapatkan ruang dan dukungan yang cukup untuk tumbuh dan berkembang. Kekecewaan para perenang pelajar Kalsel juga mencerminkan kebutuhan akan perhatian lebih dari pemerintah dan lembaga terkait terhadap pengembangan olahraga di daerah. Kalsel, sebagai salah satu provinsi yang memiliki potensi olahraga yang cukup baik, seharusnya mendapatkan dukungan yang memadai untuk memfasilitasi bakat-bakat muda. Pemberian kesempatan yang sama dalam O2SN akan mendorong mereka untuk lebih termotivasi dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan olahraga. Dalam konteks yang lebih luas, pengurangan cabor ini bisa dilihat sebagai suatu tantangan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan dalam penyelenggaraan O2SN itu sendiri. Mungkin perlu ada dialog yang lebih intensif antara Kemendikdasmen dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti pelatih, siswa, dan orang tua, untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil dapat mendukung semangat dan tujuan dari acara tersebut. Tidak hanya untuk mengurangi beban logistik atau biaya, tetapi juga untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk menonjol dalam cabang yang mereka cintai. Di sisi lain, saya berharap kementerianTidak hanya mendengarkan keluhan dan kekecewaan tetapi juga memberi jalan untuk solusi. Misalnya, mungkin bisa ada kompetisi tambahan di tingkat daerah atau wilayah bagi cabor yang tidak ada dalam O2SN agar siswa tetap bisa berkompetisi dan berprestasi. Dengan cara ini, meskipun ada pengurangan, semangat kompetisi dan pengembangan olahraga di kalangan pelajar tetap bisa terjaga. Secara keseluruhan, kekecewaan ini adalah tanda bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memperhatikan pengembangan olahraga di kalangan pelajar. Melalui kebijakan yang lebih inklusif dan partisipatif, kita dapat menciptakan peluang lebih besar bagi generasi mendatang untuk tidak hanya berprestasi dalam olahraga, tetapi juga memperoleh manfaat dari pengalaman belajar yang luar biasa lewat kompetisi ini.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Comment