Frustrasi Jadi Korban KDRT dan Anak di-DO, Wanita di Medan Hendak Lompat dari "Fly Over"

20 March, 2025
10


Loading...
Seorang ibu di Medan berusaha bunuh diri akibat KDRT dan masalah pendidikan anak. Polisi menggagalkan upayanya itu.
Berita mengenai seorang wanita yang hendak melompat dari flyover karena mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan putrinya yang dikeluarkan dari sekolah (di-DO) merupakan cerminan dari masalah sosial yang sangat serius dan mendesak untuk kita perhatikan. KDRT merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga pada mental dan emosional korban. Dalam banyak kasus, korban KDRT terjebak dalam siklus kekerasan yang sulit untuk diputus, sering kali karena ketergantungan ekonomi, tekanan sosial, atau stigma yang melekat pada mereka. Keputusan wanita tersebut untuk mencoba melompat dari flyover menunjukkan betapa terdesaknya situasi yang dihadapinya. Ini bukan hanya sekadar tindakan putus asa, tetapi juga gambaran dari krisis yang lebih besar dalam masyarakat kita. Banyak wanita di luar sana yang mengalami situasi serupa, di mana mereka merasa tidak memiliki pilihan lain untuk melindungi diri dan anak-anak mereka. Sangat menyedihkan ketika kita melihat individu yang seharusnya mendapatkan perlindungan, alih-alih merasa terpinggirkan dan tertekan. Kasus ini juga menyoroti isu penting lainnya, yaitu bagaimana anak-anak sering kali menjadi korban dari situasi KDRT. Dikeluarkannya anak dari sekolah hanya menambah penderitaan yang dialami oleh sang ibu. Pendidikan adalah hak setiap anak, dan ketika mereka di-DO karena situasi di rumah, kita perlu bertanya: seperti apa masa depan mereka? Bagaimana mereka akan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik jika dukungan yang seharusnya mereka terima justru dicabut? Kita sebagai masyarakat perlu memberikan perhatian lebih pada penanganan kasus KDRT. Ini termasuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya dukungan emosional dan psikologis bagi para korban, serta memperoleh akses ke layanan hukum dan perlindungan. Selain itu, sistem pendidikan juga harus lebih peka terhadap situasi rumah tangga siswa mereka. Dengan melibatkan para guru dan konselor di sekolah, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak dan membantu mereka menghadapi situasi sulit di rumah. Pemerintah dan lembaga terkait juga harus mengambil langkah lebih proaktif dalam menangani isu KDRT. Ini termasuk pembentukan lebih banyak tempat perlindungan bagi korban, penyediaan dukungan hukum yang mudah diakses, dan kampanye untuk mengedukasi masyarakat tentang tanda-tanda KDRT serta cara bantuan yang bisa ditempuh. Pemberdayaan wanita juga menjadi kunci, melalui program edukasi dan pelatihan keterampilan agar mereka lebih mandiri. Kisah wanita di Medan ini menggugah kita untuk merenungkan seberapa jauh kita sebagai masyarakat telah berjuang untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk semua individu, terutama mereka yang paling rentan. Mari kita bersama-sama berusaha menciptakan perubahan positif, agar tidak ada lagi korban KDRT yang merasa tidak memiliki harapan, dan agar anak-anak tidak menjadi pihak yang terdzolimi akibat masalah yang bukan kesalahan mereka. Setiap orang berhak untuk hidup dalam keamanan dan kesejahteraan, dan tugas kita semua adalah memastikan bahwa hak tersebut terwujud.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Comment