Belum Bayar LKS Rp 120 Ribu, Siswi SD Diduga Dibully Guru

22 March, 2025
5


Loading...
Seorang siswi SD kelas 3 berinisial IA diduga dibully oleh sang guru berinisial PA karena belum bayar buku LKS senilai Rp 120.000.
Berita mengenai siswi SD yang diduga dibully oleh guru karena belum membayar LKS (Lembar Kerja Siswa) senilai Rp 120 ribu menggugah keprihatinan banyak pihak. Peristiwa ini menyoroti sejumlah permasalahan yang mendalam dalam lingkungan pendidikan di Indonesia, termasuk pendekatan yang digunakan oleh pendidik dan dampak dari tekanan finansial terhadap siswa dan orang tua. Pertama-tama, hubungan antara guru dan siswa seharusnya didasarkan pada rasa saling menghormati dan memahami. Namun, ketika seorang guru mengambil tindakan yang dapat dikategorikan sebagai bullying, baik secara verbal maupun non-verbal, ini menciptakan lingkungan belajar yang tidak sehat. Tujuan pendidikan adalah untuk membangun karakter dan kepercayaan diri siswa, bukan menurunkan semangat mereka melalui tindakan yang merugikan. Dalam konteks ini, guru seharusnya menjadi panutan dan pengayom bagi siswa, bukan justru menjadi sumber ketakutan. Selain itu, permasalahan terkait biaya pendidikan juga harus diperhatikan. LKS adalah salah satu komponen yang seringkali membebani orang tua, terutama di situasi ekonomi yang sulit. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak akan kebijakan yang lebih adil dan terjangkau dalam dunia pendidikan. Pihak sekolah harus mencari solusi yang tidak hanya memikirkan tentang pembiayaan, tetapi juga tentang kesejahteraan mental dan emosional siswa. Komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua sangat penting untuk mencari jalan keluar yang positif ketika ada permasalahan seperti ini. Selanjutnya, tindakan bullying dapat menimbulkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental anak. Anak yang menjadi korban bullying berisiko mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi, yang dapat berdampak pada performa akademis dan interaksi sosial mereka. Sebagai komunitas, kita harus berupaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi anak-anak, di mana mereka merasa aman untuk belajar dan berkembang tanpa adanya rasa takut akan intimidasi. Dari kasus ini, seharusnya ada evaluasi dan pelatihan yang lebih lanjut bagi para guru mengenai etika profesi dan pendekatan pengajaran yang positif. Pihak sekolah dan dinas pendidikan perlu mengadakan program yang membekali para pendidik dengan keterampilan komunikasi yang lebih baik serta pengetahuan tentang langkah-langkah preventif dalam mengatasi masalah keuangan yang dihadapi siswa. Selain itu, penting untuk melibatkan orang tua dalam dialog mengenai pendidikan dan pembiayaan untuk mencapai kesepahaman yang saling menguntungkan. Kesimpulannya, insiden ini adalah pengingat bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang membangun karakter dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa. Semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan bahwa pengalaman pendidikan positif dapat dirasakan oleh semua siswa, tanpa terkecuali. Tindakan tegas terhadap pelanggaran seperti bullying, serta usaha untuk menangani masalah finansial dalam pendidikan, sangat penting untuk menjamin hak setiap anak untuk belajar dalam suasana yang aman dan mendukung.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Tags

Comment