Buntut viralnya konten masak rendang 200 kg Willie Salim, membuat masyarakat Palembang geram dan berinisiatif untuk mengadakan masak rendang di BKB. Berita mengenai rencana warga Palembang untuk memasak 300 kg rendang di BKB (Bumi Kesarangan Baka) sebagai respons terhadap komentar Willie Salim tentunya menarik dan mencerminkan dinamika budaya serta tradisi kuliner yang kuat di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera Selatan. Tindakan ini menunjukkan semangat komunitas dan kebanggaan terhadap makanan tradisional, serta keinginan untuk merayakan warisan kuliner yang telah turun temurun. Di satu sisi, aksi masak besar-besaran ini bisa dilihat sebagai bentuk protes yang kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya pasif terhadap komentar atau isu yang kontroversial, tetapi memilih untuk memberikan tanggapan dengan cara yang konstruktif dan mengundang interaksi sosial. Rendang sendiri adalah makanan yang kaya rasa dan sering kali dijadikan simbol dari masakan Nusantara, jadi tidak mengherankan jika warga Palembang memilih untuk menjadikannya sebagai sarana ekspresi. Lebih jauh lagi, inisiatif ini dapat berfungsi sebagai momen pemersatu bagi masyarakat. Dalam konteks masakan, memasak dan berbagi makanan dapat mendekatkan orang-orang dari berbagai latar belakang dan memfasilitasi dialog serta perenungan mengenai identitas budaya. Aksi ini mungkin dapat mendorong kesadaran kolektif mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi masakan daerah dari pengaruh luar yang mungkin tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai lokal. Namun, di balik kehebohan aksi ini, penting untuk diingat bahwa komunikasi dan dialog yang konstruktif juga harus menjadi bagian dari penyelesaian masalah. Mungkin, menggandeng pihak-pihak yang terlibat dalam pernyataan yang dianggap Provokatif atau kontroversial bisa menjadi langkah yang lebih produktif daripada sekadar merespons dengan cara yang bersifat reaktif. Membuka ruang untuk diskusi akan memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang sudut pandang tiap pihak. Tak kalah penting, acara memasak rendang tersebut dapat meningkatkan pariwisata dan memperkenalkan masakan Palembang ke kalangan yang lebih luas. Hal ini bisa menjadi strategis dalam mempromosikan kuliner lokal, terutama di tengah gempuran makanan cepat saji dan tren kuliner modern yang seringkali menggeser perhatian masyarakat dari makanan tradisional. Akhirnya, meskipun niat baik di balik aksi ini mampu mengumpulkan banyak orang, perlu diingat bahwa setiap reaksi atau tindakan yang diambil sebaiknya diimbangi dengan pemahaman yang luas dan diplomasi. Menjaga warisan budaya merupakan hal yang penting, tetapi melaksanakan komunikasi yang sehat juga tidak kalah vital untuk membangun masyarakat yang harmonis dan saling menghormati.