Tips Menghindari Sifat Konsumtif Belanja Jelang Lebaran, Simak Uraian Dosen Psikologi UMM



Loading...
Menjelang Lebaran sudah menjadi kebiasaan bagi seseorang untuk berbelanja demi memenuhi gaya hidup mereka.
Berita mengenai 'Tips Menghindari Sifat Konsumtif Belanja Jelang Lebaran' dari seorang dosen psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sangat relevan, terutama menjelang hari besar keagamaan seperti Lebaran. Dalam konteks budaya Indonesia, Lebaran bukan hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga sering kali diasosiasikan dengan kegiatan berbelanja yang meningkat. Perilaku konsumtif ini sering kali dipicu oleh tekanan sosial, iklan, dan tradisi yang mengharuskan masyarakat untuk membeli berbagai kebutuhan, baik untuk diri sendiri maupun sebagai hadiah kepada orang lain. Sifat konsumtif ini dapat membawa dampak negatif, baik secara finansial maupun mental. Masyarakat yang terjebak dalam pola belanja berlebihan sering kali akan menghadapi masalah keuangan di kemudian hari. Oleh karena itu, tips yang diberikan oleh dosen psikologi tersebut sangat penting untuk membantu individu mengelola perilaku belanja mereka. Dalam hal ini, pemahaman tentang psikologi konsumen dapat membantu seseorang mengidentifikasi motivasi di balik keputusan belanja mereka, sehingga mereka bisa membuat pilihan yang lebih bijak. Salah satu langkah yang penting adalah merencanakan anggaran belanja dengan baik. Dengan memiliki rencana anggaran yang jelas, individu dapat menghindari godaan untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Ini melibatkan pemahaman mengenai prioritas kebutuhan, serta mengenali mana yang merupakan keinginan semata. Memfokuskan perhatian pada makna sebenarnya dari Lebaran, yakni berbagi dan berkumpul dengan keluarga, dapat membantu mengalihkan perhatian dari perilaku konsumtif. Selain itu, penting bagi individu untuk berlatih mindfulness atau kesadaran penuh. Dengan berlatih mindfulness, seseorang dapat lebih menyadari setiap keputusan yang mereka buat, termasuk dalam hal belanja. Ini bisa membantu menciptakan pola pikir yang lebih sehat, di mana mereka tidak hanya menuruti impuls atau dorongan untuk membeli, tetapi mempertimbangkan apakah pembelian tersebut benar-benar diperlukan atau tidak. Dari perspektif sosial, masyarakat juga dapat berperan dalam mengurangi sifat konsumtif ini. Dengan mempromosikan nilai-nilai sederhana dan fokus pada kebersamaan, komunitas dapat membantu menciptakan lingkungan yang tidak menekankan pentingnya barang atau materi saat merayakan Lebaran. Memperkuat tradisi yang menekankan pada kegiatan sosial, seperti kegiatan bakti sosial atau berbagi kebahagiaan, akan lebih mengedukasi individu untuk tidak terjebak dalam siklus belanja berlebihan. Pada akhirnya, artikel ini mencerminkan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika antara perilaku konsumtif dan kondisi psikologis individu. Dengan pendekatan yang tepat, baik secara individu maupun komunitas, diharapkan kita semua dapat menikmati kebahagiaan Lebaran tanpa terjebak dalam perilaku konsumtif yang merugikan. Mengingat bahwa nilai esensial dari Lebaran adalah kebersamaan, rasa syukur, dan saling menghormati, mengurangi sifat konsumtif akan berkontribusi pada pengalaman yang lebih bermakna.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Tags

Comment