Loading...
Ketua Muhammadiyah Anwar Abbas menyebut pihaknya juga berharap agar Idul Fitri jatuh bersamaan pada 31 Maret 2025. Namun, dia menyebut tidak masalah jika beda.
Berita mengenai harapan Muhammadiyah untuk merayakan Lebaran secara kompak pada 31 Maret, serta pengakuan bahwa perbedaan dalam penetapan hari raya bukanlah masalah, menunjukkan sikap inklusif dan toleran dari salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Muhammadiyah, sebagai organisasi yang sering kali mendorong penggunaan metode hisab (perhitungan astronomis) dalam penentuan waktu ibadah, mengajukan usul agar Lebaran dirayakan serentak, meskipun tetap menghargai pendapat dan penetapan yang mungkin berbeda oleh kelompok lain seperti Nahdlatul Ulama (NU).
Sikap Muhammadiyah yang berharap untuk merayakan Lebaran pada tanggal yang sama menunjukkan keinginan untuk menciptakan persatuan di antara umat Islam di Indonesia, yang selama ini sering kali terpecah oleh perbedaan dalam penetapan hari-hari besar keagamaan. Dalam konteks ini, Muhammadiyah mengajukan harapan sambil tetap mengakui bahwa perbedaan merupakan hal yang wajar dalam tradisi keagamaan. Hal ini bisa menjadi contoh baik dalam hidup bermasyarakat yang lebih mencerminkan toleransi, di mana yang berbeda pendapat tetap dapat hidup berdampingan tanpa rasa permusuhan.
Perayaan Lebaran adalah momen yang sangat penting bagi umat Islam, dan upaya untuk merayakannya secara serentak bisa memperkuat tali persaudaraan di antara umat. Namun, jika perbedaan pendapat tetap ada, sikap yang menekankan pemahaman dan penghormatan terhadap perbedaan menjadi sangat penting. Dalam konteks ini, pernyataan bahwa "beda pun tak masalah" menunjukkan bahwa kedamaian dan persatuan lebih diutamakan, meskipun penetapan hari raya berbeda. Ini adalah pendekatan yang sehat dalam menjaga hubungan antarumat beragama dalam kerangka kebangsaan dan keagamaan.
Menghadapi perbedaan pendapat seperti ini, masyarakat juga perlu didorong untuk terus dialog dan memahami dasar-dasar dari setiap pendapat yang ada. Dialog ini tidak hanya mengenai penetapan hari, tetapi juga menyangkut pemahaman terhadap metode dan alasan di baliknya. Dengan saling menghargai dan berdiskusi, diharapkan masyarakat dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan dan menciptakan suasana yang lebih harmonis.
Lebaran adalah waktu untuk berbagi kebahagiaan dan memperkuat silaturahmi, sehingga sikap toleransi yang ditunjukkan oleh Muhammadiyah dapat menjadi contoh bagi organisasi lain. Jika semua pihak dapat mengadopsi pendekatan yang sama, akan tercipta suasana yang lebih damai di tengah keragaman yang ada. Dalam konteks ini, penting bagi para pemimpin agama dan masyarakat untuk menyebarluaskan sikap positif ini kepada anggotanya agar dapat merayakan perbedaan sebagai kekayaan, bukan sebagai penghalang.
Secara keseluruhan, berita ini mencerminkan tantangan sekaligus harapan bagi umat Islam di Indonesia untuk mengedepankan toleransi dan memahami bahwa perbedaan merupakan bagian dari keberagaman yang harus dirayakan. Dengan sikap yang terbuka dan saling menghargai, diharapkan momen-momen penting dalam beragama dapat menjadi sarana untuk mendekatkan hati, bukan justru menjadi pemicu perselisihan.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love

Care
Haha

Wow

Sad

Angry
Comment