Soleh, pemuda asal Bekasi, meninggal dunia di Kamboja usai diduga menjadi korban sindikat perdagangan orang internasional. Berita tentang nasib tragis Soleh yang diiming-imingi pekerjaan di hotel di Thailand dan akhirnya tewas saat menjalani tugas sebagai operator judol di Kamboja menggugah banyak pertanyaan dan kepedulian. Kasus seperti ini menunjukkan betapa rentannya para pekerja migran, terutama di kawasan Asia Tenggara, yang sering kali terjebak dalam janji palsu dan eksploitasi. Dalam konteks globalisasi, fenomena tersebut memperlihatkan bahwa tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap informasi dan perlindungan hukum yang memadai. Soleh mungkin saja menjadi korban sebuah jaringan perdagangan manusia yang memanfaatkan harapan dan impian para pencari kerja. Keberadaan individu atau kelompok yang menawarkan kerja dengan imbalan menarik tanpa menjelaskan kondisi kerja yang sebenarnya sangat merugikan. Kejadian ini menggarisbawahi perlunya peningkatan awareness terhadap persoalan migrasi dan industri pekerjaan, serta penguatan regulasi yang melindungi hak-hak para pekerja. Di satu sisi, berita ini membuka mata publik tentang tantangan yang dihadapi oleh para pekerja migran. Banyak di antara mereka yang beranggapan bahwa pekerjaan di luar negeri adalah jalan keluar dari kemiskinan. Sayangnya, tidak semua pengalaman berakhir dengan baik. Hal ini juga menjadi keprihatinan bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk meningkatkan sistem pendukung, baik sebelum maupun selama masa kerja para migran. Perlindungan hukum, pelatihan, dan informasi yang jelas mengenai risiko serta hak-hak mereka seharusnya menjadi prioritas. Kasus Soleh seharusnya mendorong negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk bekerja sama dalam mengatasi isu perdagangan manusia dan eksploitasi pekerja. Adanya kerjasama bilateral dan multilateral untuk menyediakan informasi yang akurat dan melindungi para pekerja adalah langkah penting. Masyarakat juga perlu berperan aktif dengan memberikan dukungan dan membangun kesadaran, baik melalui pendidikan maupun kampanye sosial, agar kasus-kasus serupa tidak terulang di masa depan. Lebih jauh lagi, kita harus menggugah empati terhadap mereka yang menjadi korban. Masyarakat bisa berkontribusi dengan cara mendukung organisasi yang fokus pada perlindungan pekerja migran atau berpartisipasi dalam program-program sosial yang bertujuan memberdayakan calon pekerja sebelum mereka berangkat. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya perlindungan hak asasi manusia dapat meningkat, dan tragedi serupa seperti yang dialami Soleh tidak akan terulang lagi.