Komjen Jusuf merupakan eks Wakapolri, sementara sang anak yakni AKBP Edy Sabhara baru saja menjadi Kapolres Pinrang. Berita mengenai Komjen Yusuf Manggabarani dan AKBP Edy Sabhara yang keduanya berkarier moncer di Polri menyoroti tema yang menarik dalam institusi kepolisian. Kehadiran dua anggota keluarga yang mencapai pangkat tinggi dalam satu institusi tentu saja menimbulkan berbagai tanggapan dari publik. Salah satu pandangan yang dapat muncul adalah kekaguman terhadap pencapaian mereka. Ini menunjukkan bahwa dalam konteks profesionalisme, dedikasi, dan kemampuan, hubungan keluarga tidak menjadi penghalang, melainkan bisa saling mendukung dalam mencapai kesuksesan. Di satu sisi, keberhasilan Yusuf dan Edy dapat dianggap sebagai cerminan positif dari pembinaan karier di jajaran Polri. Mereka menjadi contoh baik bagi angkatan muda di kepolisian untuk berusaha dan berprestasi tanpa harus mengandalkan nepotisme. Pada titik ini, prestasi mereka dapat dilihat sebagai bukti bahwa dengan kerja keras dan komitmen, siapa pun bisa mencapai posisi yang tinggi, terlepas dari hubungan keluarga mereka. Ini tentu memberikan motivasi bagi anggota Polri lainnya untuk terus meningkatkan kemampuan dan kinerja mereka. Namun, di sisi lain, isu nepotisme tetap menjadi suatu topik yang sensitif di banyak institusi, termasuk Polri. Meskipun Yusuf dan Edy mungkin telah mencapai jabatan mereka melalui kemampuan dan kerja keras, tetap ada pandangan yang skeptis terhadap kemungkinan adanya keuntungan yang diperoleh karena hubungan familial. Ini bisa menciptakan persepsi ketidakadilan di mata publik, di mana mereka yang tidak memiliki akses atau dukungan serupa bisa merasa dirugikan. Oleh karena itu, penting bagi Polri untuk menjaga transparansi dan meritokrasi dalam pengangkatan jabatan. Lebih jauh, kisah Yusuf dan Edy juga membuka diskusi yang lebih besar mengenai profesionalisme dalam kepolisian. Masyarakat tentu mengharapkan bahwa Polda dan Polri secara keseluruhan dapat menegakkan standar yang tinggi dalam pelayanan publik. Dengan adanya figur-figur senior yang memiliki rekam jejak baik, diharapkan akan ada peningkatan kualitas pelayanan dan penegakan hukum. Keduanya harus menjadi panutan dan menjalankan tugas mereka dengan integritas tinggi, untuk memberikan contoh yang baik bagi angkatan di bawahnya. Selain itu, memiliki dua anggota keluarga yang berkarier di kepolisian juga dapat membawa dinamika unik dalam lingkungan kerja mereka. Mungkin ada pengalaman dan sudut pandang yang berbeda yang dapat saling melengkapi, memberikan kontribusi lebih baik dalam pengambilan keputusan. Namun, mereka juga perlu berhati-hati dalam menjaga profesionalisme agar hubungan tersebut tidak memengaruhi penilaian mereka terhadap anggota lain. Dalam kesimpulannya, berita tentang Komjen Yusuf Manggabarani dan AKBP Edy Sabhara adalah gambaran kompleks dari potensi dan tantangan yang dihadapi oleh institusi kepolisian. Keberhasilan mereka dapat menjadi inspirasi, tetapi juga harus menjadi pengingat akan perlunya sistem yang adil dan transparan dalam pengangkatan jabatan. Hasil akhirnya adalah bahwa kualitas pelayanan publik dan integritas institusi harus selalu menjadi yang utama, terlepas dari latar belakang pribadi atau hubungan keluarga.