Ajakan itu disampaikan oleh Tgk Bukhari Ibrahim menyikapi banyaknya kasus yang dialami oleh perantau asal Aceh di Malaysia. Berita yang berjudul "Prihatin dengan Nasib Anak Bangsa di Malaysia, Ketua SUBA Ketuk Hati Para Elite Pemerintah Aceh" mencerminkan keprihatinan yang mendalam terhadap kondisi sosial dan pendidikan anak-anak di Malaysia, serta bagaimana pemerintah dan elit politik di daerah seperti Aceh seharusnya merespons isu-isu tersebut. Dalam konteks ini, kita dapat melihat beberapa poin penting yang patut diperhatikan. Pertama, perhatian terhadap nasib anak bangsa adalah tanggung jawab kolektif bagi setiap pemimpin dan masyarakat. Ketua SUBA (Satuan Umat Bersatu Aceh) menunjukkan kepedulian yang seharusnya menjadi teladan bagi para pemimpin. Pendidikan dan kesejahteraan anak-anak adalah investasi jangka panjang bagi masa depan suatu bangsa. Ketidakpedulian terhadap isu ini dapat mengakibatkan krisis sosial yang lebih besar di masa depan. Dengan menggugah hati para elit pemerintah, diharapkan mereka dapat lebih aktif terlibat dalam mencari solusi yang konkret dan berkelanjutan. Di sisi lain, perhatian yang diarahkan pada Malaysia juga mencerminkan hubungan yang lebih luas antara komunitas dan negara di kawasan ini. Perbedaan di antara negara-negara di sekitarnya, baik dalam hal sumber daya maupun kebijakan pendidikan, dapat menciptakan kesenjangan yang berbahaya. Oleh karena itu, penting bagi para pemimpin Aceh untuk tidak hanya berfokus pada masalah lokal, tetapi juga memperhatikan isu-isu regional yang dapat mempengaruhi kemajuan anak-anak di wilayah mereka. Selanjutnya, empati terhadap anak-anak di negara lain tidak hanya merupakan tindakan kemanusiaan, tetapi juga dapat menciptakan solidaritas di antara bangsa-bangsa. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, isu-isu kemanusiaan lintas batas harus menjadi perhatian bersama. Melalui kolaborasi dan berbagi pengalaman, negara-negara di kawasan dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak mereka. Akhirnya, tindakan konkret dari pemerintah dan elit di Aceh diperlukan untuk mewujudkan perubahan positif di tanah air. Ini dapat mencakup peningkatan alokasi anggaran untuk pendidikan, penyediaan fasilitas belajar yang memadai, dan program-program yang mendukung kesejahteraan anak-anak. Hanya dengan langkah nyata ini, keprihatinan yang diungkapkan oleh Ketua SUBA dapat dijadikan sebagai katalisator untuk perubahan yang diperlukan untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di Aceh dan sekitarnya. Secara keseluruhan, berita ini bukan hanya tentang kepedulian terhadap satu wilayah, tetapi juga panggilan untuk tindakan dan refleksi bagi semua pihak yang terlibat dalam memfasilitasi pertumbuhan generasi mendatang.