Loading...
M Ya’kub mengatakan, shalat Idul Fitri tahun ketujuh di Masjid Agung Subulussalam Senin, 1 Syawal 1446 Hijriah akan diimami Ustaz Budiansyah.
Berita mengenai Wali Kota HRB yang khatib shalat Idul Fitri di Masjid Agung Subulussalam, serta pernyataan bahwa pawai takbir tidak disarankan, mengundang berbagai reaksi dalam masyarakat. Tindakan Wali Kota yang menjadi khatib merupakan langkah simbolis yang menunjukkan bahwa pemimpin daerah berkomitmen untuk hadir dalam momen-momen penting keagamaan. Hal ini dapat memperkuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat serta menciptakan suasana kebersamaan dalam merayakan hari raya.
Namun, keputusan untuk tidak menyarankan pawai takbir bisa dipandang dari beberapa sudut pandang. Di satu sisi, adanya pawai takbir sering dianggap sebagai bentuk ekspresi syukur dan kegembiraan umat Islam dalam menyambut hari raya. Pawai ini dapat meningkatkan semangat kebersamaan dalam komunitas dan memperkuat tali silaturahmi di antara umat. Di sisi lain, dengan mempertimbangkan situasi kesehatan masyarakat, terutama pasca-pandemi, keputusan tersebut bisa dimengerti. Penghindaran kerumunan besar untuk mencegah potensi penularan penyakit menjadi prioritas yang penting.
Kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah tetap memperhatikan situasi kesehatan dan keselamatan publik di tengah perayaan yang biasanya diisi dengan keramaian. Di era di mana kesehatan masyarakat menjadi perhatian utama, kebijakan yang adaptif terhadap situasi saat ini tentunya sangat diperlukan. Namun, penting juga bagi pemerintah untuk menyediakan alternatif lain agar umat tetap dapat merayakan Idul Fitri dengan hikmat dan meriah meskipun tanpa pawai. Misalnya, acara-acara yang lebih kecil dan terencana, seperti kegiatan bersih-bersih lingkungan sebelum Idul Fitri, atau festival kecil yang memperkuat rasa kebersamaan tanpa mengundang kerumunan besar.
Dari perspektif sosial, tindakan Wali Kota juga bisa menjadi ajakan untuk kembali kepada nilai-nilai dasar perayaan Idul Fitri yang tidak hanya berkaitan dengan keramaian. Nilai-nilai seperti saling berbagi, kasih sayang, dan mempererat silaturahmi adalah inti dari perayaan tersebut. Dengan fokus pada aspek spiritual dan sosial dalam perayaan, masyarakat dapat menemukan makna yang lebih dalam dibandingkan sekadar merayakan melalui keramaian.
Secara keseluruhan, sikap Wali Kota HRB dan keputusan untuk tidak menyarankan pawai takbir mencerminkan sebuah upaya untuk menyeimbangkan tradisi dengan kebutuhan kesehatan masyarakat. Dalam menjalani perayaan di tengah kondisi yang masih rentan, diharapkan masyarakat dapat memahami dan mendukung keputusan ini, serta tetap menemukan cara-cara kreatif untuk merayakan Idul Fitri dengan cara yang aman dan bermakna.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love

Care
Haha

Wow

Sad

Angry
Comment