Ribuan warga memadati Masjid Al-Jabbar, Bandung, untuk Salat Idul Fitri. Imam KH Sandi M Yusuf mengingatkan pentingnya silaturahmi dan berbagi di momen Lebaran. Berita tentang Idul Fitri di Masjid Al Jabbar yang mengangkat tema "Momentum Kembali ke Fitrah dan Persatuan" sangat relevan dan menggugah kesadaran kita akan makna mendalam dari perayaan ini. Idul Fitri bukan hanya sekadar menandai berakhirnya bulan Ramadan, namun lebih dari itu, ia merupakan momentum yang mengajak umat Muslim untuk merefleksikan diri, kembali kepada fitrah, serta membangun persatuan di tengah keberagaman. Konsep kembali ke fitrah sangat penting dalam konteks spiritual. Setelah satu bulan menjalani puasa, umat Muslim diharapkan dapat membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan, serta memperbaharui niat untuk hidup lebih baik. Di Masjid Al Jabbar, yang dikenal sebagai salah satu masjid yang megah dan strategis, perayaan Idul Fitri diyakini menjadi pusat kesatuan dan solidaritas. Momen ini seharusnya dijadikan ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama, saling memaafkan, dan menguatkan hubungan baik dalam komunitas. Persatuan dalam konteks umat beragama di Indonesia sangat penting, mengingat negara kita terdiri dari beragam suku, budaya, dan kepercayaan. Dengan mengusung tema persatuan dalam perayaan Idul Fitri, diharapkan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan umat, mengurangi polarisasi, dan mendorong dialog antar kelompok. Dalam konteks saat ini, di mana tantangan sosial dan politik sering menjadi pemecah belah masyarakat, upaya untuk menjaga persatuan harus lebih ditekankan dalam berbagai aktivitas keagamaan, termasuk Idul Fitri. Kegiatan di masjid, seperti shalat Id, khotbah, dan berbagai seremonial lainnya, harus dimanfaatkan tidak hanya untuk merayakan, tetapi juga untuk menciptakan kesadaran kolektif akan tanggung jawab terhadap sesama. Melalui kegiatan ini, umat Muslim diharapkan dapat saling mendukung dan membantu, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Kegiatan sosial seperti pembagian zakat fitrah, santunan bagi anak yatim, dan kegiatan kemanusiaan lainnya selama Idul Fitri menjadi nyata bahwa agama tidak hanya ritual, tetapi juga aksi nyata dalam hidup bermasyarakat. Dari perspektif spiritual dan sosial, perayaan Idul Fitri di Masjid Al Jabbar seharusnya tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi juga harus diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan, dan persatuan yang diusung pada perayaan ini seharusnya dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita juga di luar bulan Ramadan. Semangat ini dapat membawa perubahan positif, tidak hanya untuk individu, tetapi masyarakat secara keseluruhan. Akhirnya, harapan saya adalah semoga setiap perayaan Idul Fitri bisa menjadi tahun yang lebih baik, penuh dengan harmoni dan cinta kasih antar sesama. Perayaan ini bukan hanya saatnya bersenang-senang, tetapi juga waktu untuk kembali merenung dan berkomitmen untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diajarkan dalam agama, untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera bagi semua.