Loading...
Zwesty Aridasarie merayakan Idul Fitri 2025 di Inggris, merasakan suasana yang berbeda dan tetap menjaga silaturahmi dengan keluarga di Indonesia.
Berita yang berjudul "Sepinya Lebaran di Inggris, Siswa Indonesia Rindu Suara Takbir dan Pawai Obor" menggambarkan kerinduan yang mendalam dari siswa-siswa Indonesia yang merayakan Lebaran jauh dari tanah air. Dalam konteks ini, perasaan rindu itu sangat beralasan, mengingat Lebaran adalah momen yang sarat dengan tradisi, kebersamaan, dan spiritualitas. Ketika berada di tanah asing, banyak elemen kultural yang hilang, termasuk suara takbir yang menggema dan pawai obor yang melambangkan keceriaan dan kesatuan.
Pengalaman jauh dari rumah selama hari raya seperti Lebaran bisa menimbulkan rasa kesepian. Suara takbir yang biasanya menghiasi malam Idulfitri serta kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunitas menjadi sesuatu yang sangat dirindukan. Hal ini mencerminkan pentingnya tradisi dan budaya dalam membangun identitas seseorang. Di luar aspek spiritual, Lebaran juga merupakan waktu bagi keluarga untuk berkumpul dan merayakan kebersamaan, yang tentunya terasa berbeda saat berada di negara yang tidak merayakannya dengan cara yang sama.
Selain aspek kesepian, berita ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh siswa-siswa Indonesia di luar negeri. Mereka bukan hanya berjuang untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, tetapi juga berusaha mempertahankan identitas budaya mereka di tengah-tengah masyarakat yang berbeda. Kegiatan-kegiatan seperti pawai obor merupakan simbol kekompakan dan semangat yang mungkin sulit untuk direproduksi di Inggris. Hal ini menandakan perlunya dukungan dari komunitas dan lembaga pendidikan untuk menciptakan ruang bagi siswa-siswa ini agar tetap bisa merasakan esensi Lebaran meskipun berada jauh dari rumah.
Dalam konteks yang lebih luas, berita ini juga dapat membuka dialog tentang bagaimana negara-negara harus lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan imigran dan pelajar internasional, termasuk menyediakan fasilitas atau kegiatan yang bisa membuat mereka merasa terhubung dengan budaya asalnya. Pengakuan atas keragaman dan tradisi ini seharusnya tidak hanya berlangsung di tanah air, tetapi juga di negara-negara lain yang menjadi tempat tinggal sementara atau permanen bagi banyak orang.
Akhirnya, meskipun perayaan Lebaran mungkin terasa sepi di Inggris, pengalaman ini juga bisa menjadi kesempatan bagi siswa-siswa Indonesia untuk mengekspresikan dan merayakan budaya mereka dengan cara yang kreatif. Misalnya, mereka bisa mengadakan acara komunitas yang mencerminkan nilai-nilai dan kebiasaan lokal, sambil tetap mempertahankan tradisi yang telah menjadi bagian integral dari identitas mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya merayakan Lebaran, tetapi juga memperkaya pengalaman kebudayaan di tempat mereka tinggal.
Dalam situasi yang kompleks ini, rindu dan kesepian menjadi bagian dari perjalanan yang lebih besar dalam memahami identitas, budaya, dan adaptasi. Kekuatan komunitas dan kebersamaan akan selalu dapat mengatasi jarak dan kesepian, sehingga membuat setiap perayaan menjadi lebih berarti, terlepas di mana kita berada.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love

Care
Haha

Wow

Sad

Angry
Comment