Tepian Jalan Veteran Banjarmasin di samping Pasar Kuripan penuh dengan tumpukan sampah pada Selasa (1/4) pagi Berita mengenai penumpukan sampah di dekat Pasar Kuripan Banjarmasin setelah sebelumnya ditutup oleh Pemko menunjukkan satu sisi dari masalah pengelolaan sampah yang tengah dihadapi di banyak daerah, termasuk di Indonesia. Penutupan pasar mungkin merupakan langkah yang diperlukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan masyarakat, tetapi jika tidak disertai dengan solusi yang efektif untuk mengelola sampah, hasilnya bisa kontraproduktif. Situasi ini menandakan perlunya perencanaan dan pelaksanaan kebijakan yang lebih baik dalam hal pengelolaan sampah. Sampah yang menumpuk bukan hanya masalah estetika, tetapi juga berpotensi menghadirkan risiko kesehatan masyarakat. Sampah dapat menjadi sarang penyakit, terutama jika terdapat limbah organik yang membusuk. Ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah daerah, karena dampak dari lingkungan yang tidak bersih bisa memperburuk kondisi kesehatan publik. Oleh karena itu, Pemko harus memikirkan langkah-langkah pemulihan yang lebih komprehensif, termasuk edukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, masalah pengelolaan sampah perlu melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Kesadaran masyarakat tentang dampak sampah dan pentingnya pengelolaan yang baik harus ditingkatkan. Pemerintah dapat melakukan kampanye edukasi untuk mendorong warga membuang sampah pada tempatnya dan berpartisipasi dalam program daur ulang. Melalui kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan pengelolaan sampah menjadi lebih efektif dan terorganisir. Implementasi teknologi dalam pengelolaan sampah juga bisa menjadi solusi jangka panjang. Misalnya, penggunaan teknologi pengolahan sampah yang lebih modern, termasuk sistem pemilahan sampah sejak genap, dapat membantu meminimalkan sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Jika masyarakat dilatih untuk memilah sampah organik dan non-organik, potensi daur ulang akan lebih tinggi dan mengurangi volume sampah yang menumpuk. Menanggapi situasi di Pasar Kuripan, Pemko Banjarmasin perlu melakukan evaluasi menyeluruh terkait dampak kebijakan penutupan tersebut. Apakah kebijakan itu benar-benar efektif dan mengatasi akar masalah? Atau justru menimbulkan masalah baru seperti penumpukan sampah? Evaluasi ini penting untuk merumuskan langkah selanjutnya yang tidak hanya menyelesaikan masalah sementara, tetapi juga memberikan solusi berkelanjutan. Akhirnya, kerjasama antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, sangat krusial dalam menangani masalah ini. Setiap stakeholder harus menyadari peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Dengan pendekatan yang kolaboratif, diharapkan masalah sampah di Banjarmasin, termasuk di sekitar Pasar Kuripan, dapat teratasi dengan lebih baik dan berkelanjutan.