SMK Jangan Jadi ‘Jaka Sembung’

4 hari yang lalu
7


Loading...
Kemendikdasmen bersama Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Perlindungan Pekerja Migran berencana menambah masa studi SMK jadi 4 tahun
Berita berjudul 'SMK Jangan Jadi ‘Jaka Sembung’' mungkin merujuk pada tantangan yang dihadapi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam konteks pendidikan dan relevansi kurikulumnya dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Istilah 'Jaka Sembung' di dalam judul tersebut bisa jadi mengacu pada karakter yang dikenal dalam cerita rakyat, yang sering kali diidentifikasikan dengan kebodohan atau ketidakpahaman. Dalam konteks ini, ada kritik bahwa SMK tidak seharusnya terjebak dalam praktik-praktik pendidikan yang usang atau tidak relevan. Salah satu tanggapan yang bisa diberikan adalah pentingnya SMK untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan pasar kerja. Di era digital ini, kompetensi yang dibutuhkan oleh industri terus berubah, dan SMK harus mampu menyelaraskan kurikulumnya untuk mengajari siswa keterampilan yang relevan. Misalnya, sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) semakin mendominasi pasar kerja, sehingga kurikulum di SMK seharusnya mencakup pengajaran tentang coding, analisis data, dan kemampuan digital lainnya. Tidak hanya itu, SMK juga perlu memperkuat kerjasama dengan dunia industri. Melalui program magang atau kerjasama dengan perusahaan, siswa SMK bisa mendapatkan pengalaman praktis yang berharga dan memahami lebih baik tentang tuntutan pasar. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat, karena mereka bisa menemukan bakat-bakat muda yang sudah terlatih dan siap kerja. Tanpa kolaborasi semacam ini, SMK berisiko menghasilkan lulusan yang tidak memenuhi ekspektasi industri. Di sisi lain, penting juga untuk memperhatikan kualitas pengajaran di SMK. Guru-guru perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka agar bisa mengajarkan materi yang paling relevan dan up-to-date. Pengembangan profesional berkelanjutan bagi pengajar sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis. Jika pengajar terjebak dalam cara-cara lama, maka akan sulit bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman. Akhirnya, penting untuk mengubah stigma negatif terhadap SMK sebagai pilihan pendidikan. Banyak siswa dan orang tua yang masih menganggap sekolah menengah umum (SMA) sebagai pilihan yang lebih baik, padahal lulusan SMK memiliki peluang kerja yang sama atau bahkan lebih besar di beberapa sektor. Oleh karena itu, perlu ada kampanye yang positif untuk meningkatkan citra SMK di masyarakat, sehingga lebih banyak siswa merasa termotivasi untuk memilih jalur kejuruan ini. Secara keseluruhan, tantangan yang dihadapi oleh SMK tidak bisa dianggap remeh. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat dalam hal kurikulum, kerjasama dengan industri, pengembangan kualitas pengajaran, dan peningkatan citra, SMK dapat menjadi institusi pendidikan yang lebih relevan dan memenuhi kebutuhan zaman. Dengan demikian, harapan untuk tidak menjadi ‘Jaka Sembung’ sebagai simbol ketidakpahaman dan ketidaksesuaian dapat tercapai, dan SMK bisa berkontribusi lebih signifikan terhadap perkembangan tenaga kerja yang berkualitas di Indonesia.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Comment