Pedangdut Selvi Kitty ingin punya anak lagi jika kelak menikah, dia telah membekukan sel telur di rumah sakit. Berita mengenai Selvi Kitty yang memutuskan untuk membekukan sel telur demi keinginannya untuk memiliki anak di masa depan adalah sebuah langkah yang semakin umum di kalangan wanita modern saat ini. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak wanita mulai mengambil kontrol atas pilihan reproduksi mereka dengan mempertimbangkan masa depan secara lebih matang, terutama dalam konteks karier, pendidikan, dan hubungan pribadi. Pembekuan sel telur, atau oocyte cryopreservation, telah menjadi pilihan yang menarik bagi banyak wanita yang ingin meraih kesuksesan di bidang karier sebelum memikirkan untuk memulai keluarga. Dalam konteks Selvi Kitty, keputusan ini mungkin didasari pada keinginannya untuk memastikan bahwa ia memiliki opsi untuk memiliki anak ketika waktu yang tepat tiba. Ini dapat dimaknai sebagai bentuk perencanaan yang cerdas, di mana teknologi dan pemahaman terhadap kesehatan reproduksi memberikan wanita lebih banyak kebebasan dan pilihan. Namun, langkah ini juga menimbulkan beberapa pertanyaan penting tentang sosio-kultural masyarakat saat ini. Banyak orang mungkin masih merasa stigma terhadap wanita yang memilih untuk menunda kehamilan, meskipun alasan di balik keputusan tersebut sangat bervariasi. Ada yang menganggap keputusan tersebut sebagai langkah yang terlalu pragmatis atau bahkan mengabaikan nilai-nilai tradisional terkait pernikahan dan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan perubahan sikap dan pemahaman di masyarakat tentang pilihan-pilihan yang diambil oleh individu, terutama wanita. Di samping itu, penting untuk mempertimbangkan aspek kesehatan dan emosional dari pembekuan sel telur. Meskipun teknologi ini memberikan kesempatan, wanita perlu memahami bahwa proses ini tidak menyerupai jaminan sukses untuk memiliki anak di masa depan. Ada berbagai faktor yang harus diperhitungkan, mulai dari kesehatan fisik hingga aspek emosional yang terkait dengan proses tersebut. Perasaan cemas tentang masa depan, ketidakpastian, dan perubahan sosial di sekitar pernikahan dan keluarga bisa jadi menjadi beban tersendiri bagi mereka yang memilih untuk mengikuti jalur ini. Dalam konteks yang lebih luas, tindakan Selvi Kitty ini dapat menjadi cermin bagi wanita lain untuk mempertimbangkan langkah yang sama, serta untuk mendiskusikan secara terbuka dengan pasangan mereka tentang harapan dan rencana di masa depan. Ini bisa membuka ruang dialog yang lebih sehat mengenai pernikahan, keluarga, dan karier, yang sering kali dianggap sebagai dua jalur yang saling bertentangan. Secara keseluruhan, keputusan Selvi Kitty untuk membekukan sel telur adalah contoh dari perubahan yang terjadi dalam cara pandang masyarakat terhadap peran dan pilihan wanita. Ini adalah langkah yang berani dan berpotensi menjadi inspirasi bagi banyak wanita lainnya untuk mengeksplorasi pilihan dan mendefinisikan masa depan mereka sesuai dengan keinginan dan harapan pribadi mereka.