Warga rusak rumah pelaku pembunuhan dua bocah di  Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu, Rabu (23/4/2025). Berita mengenai perusakan rumah pelaku pembunuhan dua bocah di Bengkulu mencerminkan reaksi masyarakat yang sangat emosional terhadap tindakan kejahatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa anak-anak. Pembunuhan adalah salah satu bentuk kejahatan yang paling mengerikan, terutama ketika korban adalah anak-anak, yang seharusnya dilindungi dan dibiarkan tumbuh dalam lingkungan yang aman. Reaksi masyarakat yang intens ini bisa dipahami, mengingat betapa beratnya dampak emosional yang ditimbulkan oleh tragedi semacam itu. Perusakan rumah pelaku menunjukkan bentuk pelampiasan rasa marah dan duka yang mendalam dari masyarakat terhadap tindakan kejam tersebut. Masyarakat seringkali merasa tak berdaya ketika menghadapi kejahatan yang merenggut nyawa orang yang tidak bersalah. Dalam situasi seperti ini, mereka bisa berusaha mengambil tindakan langsung, meskipun tindakan tersebut mungkin tidak mengatasi akar masalahnya. Hal ini juga menciptakan pertanyaan mengenai keadilan. Apakah perusakan tersebut benar-benar bisa menjadi solusi atau malah justru memperburuk situasi? Tindakan perusakan rumah pelaku dapat menciptakan dampak jangka panjang bagi komunitas. Selain menghambat proses hukum yang seharusnya dijalankan secara adil, tindakan semacam itu bisa memicu siklus kekerasan dan balas dendam. Jika masyarakat menganggap bahwa mereka bisa mengambil hukum ke dalam tangan mereka, maka bisa terjadi ketidakstabilan sosial yang lebih besar. Hal ini memerlukan pendekatan yang bijaksana dan berbasis hukum untuk menyelesaikan konflik dan mengatasi rasa sakit yang ada. Pihak berwajib, termasuk kepolisian, perlu mengambil langkah-langkah tegas untuk mengatasi situasi tersebut, bukan hanya dalam konteks penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan tetapi juga dalam mencegah tindakan balas dendam dari masyarakat. Edukasi tentang pentingnya hukum dan keadilan juga sangat diperlukan agar masyarakat tidak bertindak berdasarkan emosi sementara. Mereka perlu diingatkan bahwa hukum harus menjadi saluran untuk mencari keadilan, bukan tindakan main hakim sendiri. Dalam menghadapi kejadian tragis semacam ini, penting untuk memberikan dukungan kepada keluarga korban dan memastikan bahwa mereka mendapatkan bantuan psikologis untuk proses berduka. Di sisi lain, kita juga perlu memikirkan tentang rehabilitasi bagi pelaku, meskipun tindakan mereka tidak bisa dibenarkan. Hal ini bisa menjadi bagian dari diskusi yang lebih besar mengenai kekerasan dalam masyarakat, pencegahan kejahatan, dan pentingnya sistem peradilan yang efektif. Secara keseluruhan, tragedi seperti ini seharusnya menjadi momen refleksi bagi semua pihak. Kita perlu bertanya pada diri sendiri bagaimana kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak dan mempertanyakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah kejahatan serupa di masa mendatang. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan aparat penegak hukum, tetapi juga masyarakat luas untuk bersama-sama menciptakan budaya perlindungan dan saling menghargai.