Seorang santri di salah satu ponpes di Lamongan diduga mengalami penganiayaan oleh temannya. Dia diduga dibanting 3 temannya hingga telinganya berdarah. Berita tersebut sangat mengkhawatirkan dan sangat disesalkan. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh teman-teman sebayanya terhadap seorang santri hanyalah menunjukkan kurangnya pendidikan karakter dan kurangnya kesadaran akan pentingnya menghormati sesama manusia. Setiap individu, terlebih lagi sebagai seorang santri, seharusnya memiliki kesadaran moral yang tinggi untuk tidak melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama. Tindakan kekerasan fisik seperti memukul atau membanting merupakan tindakan yang tidak bisa diterima dalam masyarakat, apalagi terhadap seorang santri yang seharusnya berada dalam lingkungan yang penuh kebaikan dan kedamaian. Keluarnya darah dari telinga santri tersebut merupakan dampak yang sangat berbahaya dan dapat membahayakan kesehatannya. Pihak sekolah atau pondok pesantren harus bertindak tegas terhadap pelaku kekerasan tersebut dan memberikan pembinaan yang sesuai agar mereka bisa menyadari kesalahan mereka. Selain itu, perlu juga adanya sosialisasi tentang pentingnya menghormati sesama dan menjaga ketertiban di lingkungan sekolah atau pesantren untuk mencegah terjadinya kekerasan di masa mendatang. Pendidikan karakter dan nilai-nilai moral harus diperkuat dalam pendidikan di sekolah atau pesantren agar setiap individu memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menghormati dan menghargai sesama. Kekerasan tidak akan pernah membawa manfaat bagi siapapun, justru hanya akan menimbulkan dampak buruk baik bagi korban maupun pelaku. Saya berharap agar kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah atau pesantren. Kita harus menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi setiap individu tanpa adanya rasa takut akan kekerasan. Semoga kasus ini bisa menjadi titik awal untuk merubah mindset dan perilaku negatif yang dapat merugikan orang lain.