FA yang telah menggunakan baju tahanan hanya tertunduk lesu saat ditampilkan bersama tersangka lain yang ikut membantu aksi pembunuhan itu. Menanggapi berita mengenai FA yang mengaku sempat tersungkur karena menyesal telah membunuh pamannya di Tangsel, tentu merupakan sebuah berita yang sangat menyedihkan dan mengejutkan. Tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh FA terhadap pamannya sendiri merupakan tindakan yang sangat keji dan tidak patut dilakukan oleh siapapun. Dari berita tersebut, kita bisa melihat betapa beratnya beban yang harus ditanggung oleh FA setelah melakukan perbuatan yang begitu tragis tersebut. Merasa menyesal dan tersungkur merupakan bentuk dari rasa penyesalan yang dalam akan perbuatannya tersebut. Mungkin FA tidak pernah terbayangkan akan merasakan beban batin yang begitu berat setelah melakukan tindakan tersebut. Dalam kasus seperti ini, tentu kita sebagai masyarakat harus memberikan dukungan dan juga pertolongan kepada FA untuk bisa bangkit dari rasa penyesalan tersebut. FA juga perlu mendapat pembinaan dan pendampingan yang baik agar bisa menghadapi rasa sesalnya dengan baik dan bisa memperbaiki diri ke depannya. Namun bukan berarti tindakan yang dilakukan oleh FA bisa diampuni begitu saja. Tindakan pembunuhan tetaplah sebuah tindakan kriminal yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan hukum. FA harus tetap mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku. Semoga kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa tindakan kekerasan dan tindakan kriminal tidak akan pernah membawa kebaikan bagi siapapun. Kita harus selalu berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang baik dan damai tanpa harus melibatkan tindakan kekerasan. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi di masa yang akan datang.