PHRI Gunungkidul menyayangkan kebijakan sejumlah daerah yang melarang 'study tour'. PHRI Gunungkidul menyebut kebijakan ini bisa berdampak luas. Saya merasa sangat prihatin dengan larangan study tour di sejumlah daerah, terutama di Gunungkidul. Study tour merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif dan penting bagi perkembangan akademik siswa. Dengan adanya larangan ini, siswa-siswa menjadi terbatas dalam mendapatkan pengalaman belajar di luar kelas yang dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Selain itu, dampak dari larangan study tour ini juga dapat dirasakan oleh sektor pariwisata di daerah tersebut, terutama oleh para pelaku usaha seperti hotel, restoran, dan agen perjalanan. Penurunan jumlah kunjungan dari siswa-siswa yang biasanya mengikuti study tour dapat berdampak besar terhadap pendapatan mereka, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang telah memberikan dampak yang cukup besar bagi sektor pariwisata. PHRI Gunungkidul memiliki alasan yang kuat dalam mengungkapkan kecemasannya terhadap larangan study tour ini, mengingat dampaknya yang dapat dirasakan secara luas. Sebagai organisasi yang mewakili pelaku usaha di sektor pariwisata, PHRI tentu ingin memberikan dukungan agar kegiatan study tour dapat kembali dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat demi menjaga keselamatan dan kesehatan para pelajar. Diharapkan pemerintah daerah dapat mencari solusi yang bijak terkait larangan study tour ini, seperti memberikan izin khusus dengan protokol kesehatan yang ketat atau memperkenankan study tour secara virtual. Keterlibatan berbagai pihak terkait, seperti Dinas Pendidikan, PHRI, dan pihak sekolah, juga dapat membantu dalam mencari solusi yang terbaik untuk semua pihak yang terdampak. Semoga larangan study tour ini hanya bersifat sementara dan segera dapat diatasi demi kepentingan bersama.